Barangkali diantara kita masih ada yang meremehkan penjual asongan atau penjual kecil yang seringkali menyesaki jalanan. Namun, sejatinya para penjual kecil tersebut memberikan sejuta inspirasi. Dapat kita bandingkan dengan banyaknya orang yang terjerat penjara karena kasus kriminal atau bahkan mengemis. Seorang penjual bermental baja. Walaupun penghasilannya tidak seberapa, ia selalu optimis menawarkan barang dagangannya.  Berikut ini adalah kisah nyata yang dialami oleh Laila, mahasiswa Universitas Indonesia. Ia menjadi penjual gorengan demi bertahan kuliah. Siapa Laila?

Siapa nama lengkap Anda?

Lailatul Mauliyah Zubaidah

Dimana dan kapan Anda dilahirkan?

Surabaya , 18 september 1991

Dapatkah Anda ceritakan pengalaman organisasi/prestasi/akademik terbaik di jenjang SD?

Belum ada organisasi, namun saat SD saya sering mengikuti lomba musikalisasi puisi hingga tingkat nasional. Untuk akademik, saat awal duduk di kelas1 dan 2, mendapatkan juara III sudah merupakan pencapaian terbaik. Menginjak sejak kelas 3, saya selalu mendapat peringkat pertama dan memenangkan beberapa lomba cerdas cermat, terutama olimpiade matematika tingkat SD se Jawa Timur dengan predikat juara 3.

Dapatkah Anda ceritakan pengalaman organisasi/prestasi/akademik  terbaik di jenjang SMP?

Saat SMP saya bergabung di kelompok tari tradisional. dan sering pula ikut menyumbangkan piala untuk sekolah. Menjadi tim cerdas cermat juara I se provinsi dan berhasil mendapatkan peringkat 1 paralel dengan nilai tertinggi.

Dapatkah Anda ceritakan pengalaman organisasi/prestasi/akademik terbaik di jenjang SMA?

Saat SMA saya bergabung dalam tim majalah, Karya Ilmiah Remaja (KIR), kelompok debat bahasa Inggris. Selama SMA saya selalu menduduki peringkat tiga besar dan  memenangkan debat bahasa Inggris tingkat nasional, serta menjadi perwakilan duta lingkungan Indonesia-Australia dalam acara Children Conference on Climate Change 2007. Mendapatkan formulir PPKB UI untuk pertama kali bagi sekolah saya dan berhasil menjadi satu-satunya yang masuk Universitas Indonesia melalui PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar) tahun 2009. Menjadi pencetus sekolah minggu, sekolah bagi anak-anak jalanan di terminal Joyoboyo Surabaya adalah kegiatan yang membangun kepedulian sosial saya.

Dari sekian banyak organisasi yang pernah Anda ikuti, mana yang paling berkesan dan membentuk karakter? Mengapa?

Menurut saya, semua organisasi memiliki peran masing-masing, namun yang paling membentuk karakter justru berasal dari organisasi yang strukturnya informal yaitu sekolah minggu bagi anak-anak jalanan. Meskipun memiliki jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) terbatas,  dengan visi besar, dan tantangan berat, namun kami berhasil membuat anak-anak jalanan di sekitar terminal Joyoboyo menjadi bisa membaca dan berhitung.

Dari sekian banyak prestasi yang pernah Anda raih, mana yang paling berpengaruh dalam kesuksesan/karir Anda hari ini? Mengapa?

Menjadi duta  Indonesia dalam  komite WHO (World Health Organization) dalam konferensi international, Harvard World Model United Nation 2011 sehingga membuka peluang saya menjadi anggota termuda dalam Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia periode 2010-2013.

Bagaimana cara mengatur waktu antara kuliah dan kerja paruh waktu/organisasi?

Kebetulan saya bukanlah orang yang suka belajar sendiri, sehingga kesempatan terbaik untuk belajar adalah saat di kelas. Di saat itulah saya benar-benar memperhatikan apa penjelasan dosen, dan memaksimalkan pertemuan dengan bertanya apa saja yang “mengganjal” di otak saya. Sekeluar dari kelas, waktu saya sudah disita oleh organisasi, proyek penelitian dan kepanitian, sehingga saya baru bisa mengulang ketika malam menjelang ujian. Namun untuk tugas, saya biasanya menyelesaikan langsung di hari itu juga, tak menunda waktu.

Apa moto/prinsip Anda hidup?

Untuk melompati jurang yang terjal, dibutuhkan pula langkah yang lebar. Bukan bagaimana melakukan hal yang besar, tetapi bagaimana melakukan hal yang kecil dengan jiwa yang besar.

Seberapa penting pengalaman organisasi membentuk karakter Anda?

Menurut saya, banyak sekali pelajaran hidup yang tidak kita dapatkan di dalam kelas. Nah,  selama organisasi inilah kita akan diajarkan bagaimana mengelola waktu, manajemen diri, networking (jejaring/relasi sosial) dan berhadapan dengan orang yang majemuk latar belakangnya.

Siapa tokoh idola/favorit yang menginspirasi Anda? Mengapa?

Sebagai seorang muslim, Nabi Muhammad adalah panutan saya yang paling utama dengan segala keterbatasannya sebagai manusia, Beliau masih mampu menjadi orang yang patut diteladani dan sahabat para malaikat. Dan untuk tokoh idola saya adalah Margaret Tatcher, karena sebagai seorang wanita, ketegasan dalam sikap dan ucapannya tidak tergoyah oleh apapun, berani dan tegas, saya sangat menyukai sosoknya yang yang anggun namun berkarakter.

Dapatkah Anda menceritakan pengalamannya menjadi penjual gorengan?

Saat pertama masuk Universits Indonesia, orang tua saya baru saja terllilit oleh hutang bank dan mengalami musibah karena tertipu oleh rekan kerjanya.  Semua harta kami ludes;  mulai rumah, mobil, perhiasan, dan segala-galanya. Bahkan, ketika diterima menjadi mahasiswa Universitas Indonesia, orang tua saya merasa keberatan untuk membayar uang pangkal Rp 6.700.000 dan Rp 3.000.000 per semester.  Ayah saya datang langsung ke Universitas Indonesia untuk meminta keringanan. Namun belum beruntung,  akhirnya ayah menunda pembayaran.

Dua bulan kemudian, saya telah sibuk dengan jadwal ujian dan mencoba membuktikan bahwa saya bisa menjadi yang terbaik. Namun sistim tidak dapat diubah, saya dipanggil oleh kampus esok harinya untuk keharusan membayar uang kuliah. Saya dengan berat hati mengutarakan bahwa ayah telah gagal mendapatkan pinjaman; sehingga saya harus bertemu dekan esok harinya untuk pamit keluar asrama;  mengemas baju, buku-buku, dan tempelan kertas bertuliskan mimpi-mimpi di langit-langit kamar. Waktu itu saya menangis habis-habisan. Padahal, saya sudah berusaha untuk berjualan gorengan dan kue di kampus ketika waktu longgar guna menimba ilmu di Universitas Indonesia. Malam harinya, saya tidak bisa tidur dan mengharapkan datangnya keajaiban. Tentunya, momen itu menjadi cambuk untuk menjadi orang berprestasi.

Pagi hari tiba. Segenap doa dan usaha terbaik saya siapkan untuk bertemu dengan dekan. Tak dinyana, keajaiban terjadi. Saya tidak diusir dari Universitas Indonesia seperti yang dikatakan oleh bagian keuangan kampus. Saya justru mendapatkan rekomendasi untuk mendapatkan pembebasan biaya pembayaran dengan modal awal dosen asuh. Mulai saat itu, saya rajin mencari beasiswa yang dapat memenuhi seluruh biaya hingga lulus. Bahkan, setelah momen itu saya tak pernah mendapatkan kiriman uang dari orang tua. Saya bekerja serabutan. Mulai dari menjadi penjual gorengan dan kue, penulis di beberapa penerbit dan bahkan, buku pertama saya telah terbit. Tapi yang tak pernah terlupakan adalah menjadi penjual gorengan. Profesi ini membakar tekad dan semangat saya untuk terus maju.

Apa arti kesuksesan menurut Anda?

Kesuksesan menurut saya bukanlah saat saya berhasil mendapatkan banyak hal, namun saat saya berhasil memberikan banyak hal. Sering mengalami cobaan hidup membuat saya selalu berprinsip untuk tidak ingin hidup dalam kesia-siaan. Saya bukanlah orang kaya yang mampu mendermakan uang, saya juga bukan orang berkuasa yang mampu membuat kebijakan, saya juga bukan orang pintar yang mampu menciptakan dan menemukan alat untuk membantu manusia. Namun saya mempunyai tenaga, jiwa, semangat, waktu dan keinginan untuk selalu memberi apa yang saya miliki ke sekeliling saya, melakukann pekerjaan sosial adalah adalah hobi.

Bagi saya, ada kebahagiaan tersendiri ketika berhasil berbagi senyuman dengan orang lain. Senyuman itu membuat saya menjadi “manusia paling kaya”. Itulah yang mendorong saya terpanggil untuk menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Indonesia selama hampir dua bulan di Waigeo Utara, Papua Barat, menjadi Duta Preventia dan Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia di bidang sosial yang termuda tahun 2011.

Apa arti kepemimpinan menurut Anda?

Kepemimpinan adalah saat kita mampu memimpin diri kita sendiri dan mengajak orang lain, berjalan kea rah yang sama, dengan visi yang sama J

Kenapa Anda mengambil jurusan Kesehatan Masyarakat?

Karena saya ingin mengabdikan diri saya sebagai tenaga asuransi kesehatan.  Jujur, lulusan asuransi kesehatan Indonesia sangat sedikit. Kesempatan ini tidak ingin saya lewatkan dan saya berikan untuk warga asing. Jadi saya yang harus memimpin di bidang ini untuk membantu Indonesia yang lebih baik.

Menurut Anda, kenapa tenaga medis di Indonesia masih kurang ?

Karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh pendidikan.  Semakin  tinggi tingkat pendidikan, maka jumlah orangnya semakin mengerucut. Yang harus dilakukan adalah pendidikan untuk semua, terutama untuk daerah-deaerah terpencil yang minim akses seperti daerah perbatasan.

Apa pesan Anda untuk anak-anak Indonesia yang kurang mampu finansial namun ingin melanjutkan kuliah lewat jalur beasiswa/kerja?

Jangan jadikan halangan keterbatasan ekonomi sebagai beban kalian.  Sayapun tidak lagi menjadi orang yang berada di atas rata-rata.  Bahkan,  sekarang saya berusaha membantu pendidikan adik kandung.  Namun Allah Maha Pendengar dan tidak pernah tidur.  Selama kalian memiliki keinginan kuat untuk menjadi seseorang yang besar, maka Allah akan mendengar.  Tetaplah berlari adik-adiku, tetaplah berdoa. Kalian akan sampai pada puncak kesuksesan pada saat yang tepat. Percayalah pada keajaiban doa dan usaha, serta mimpi.

Dari kisah nyata Laila dapat disimpulkan bahwa hidup adalah perjalanan. Ibarat roda berputar, tiada keabadian. Manusia selalu dihadapkan pada dua sisi: senang-sedih, kaya-miskin, jatuh-bangun dan seterusnya. Yang terpenting adalah cara kita menyikapinya. Laila adalah contoh sosok yang pekerja keras. Orang tua yang awalnya cukup secara finansial menjadi miskin mendadak karena ditipu orang. Ia tidak malu menjadi penjual gorengan. Ia tidak malu bekerja serabutan. Bahkan, ia membiayai sekolah adiknya dari hasil berjualan gorengan. Semoga dapat menginspirasi kita semua.