-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Mengapa Hubungan Internasional?
Sekitar empat tahun yang lalu, saya akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan kuliah di jurusan Kedokteran, dan lebih memilih jurusan Ilmu Hubungan Internasional (HI). Pilihan saya saat itu dianggap tidak rasional oleh kedua orang tua, dengan pertimbangan yang rasional saya memutuskan untuk benar-benar melepas Kedokteran dan mengambil HI. You know what, as long as you follow your heart, everythings gonna be alright! Atau dengan kata lain, follow your passions. Dan lumrahnya, passion seseorang itu tidak “saklek”hanya satu kan? Nah, pilihlah passion yang sesuai dengan ‘keahlian’ atau talenta kamu juga. Itu rumus saya untuk menentukan pilihan terbaik. Kalau mengikuti passion saja namun kita benar-benar nggak ada talenta di sana, agak tidak bijaksana. Contohnya, saya dulu punya passion untuk bekerja di industri miyak dan gas tapi saya yang nggak pinter ilmu pasti (matematika dan “kawan-kawannya”) sehingga tidak memutuskan untuk kuliah di Teknik Pertambangan atau Perminyakan. Di sisi lain, saya juga punya passion untuk mempelajari ilmu sosial dan politik, dan kebetulan kemampuan saya juga bagus dalam menyerap ilmu-ilmu tersebut. Jadi, saya mengambil pilihan yang kedua.
Sedikit intermezzo, kalau kamu tidak bagus di bidang ilmu kedokteran dan tidak memiliki passion untuk belajar di sana, maka jangan menjadi dokter. Apalagi kalau akan mengambil jurusan ini karena ingin menjadi orang sukses. Lebih baik jangan. Karena orang sukses itu nggak hanya dari latar belakang dokter doang! Coba deh lihat 10 orang terkaya dunia ataupun Indonesia versi Forbes, ada nggak yang dari kedokteran? 😉 Tuhan menciptakan umatnya dengan kelebihan yang berbeda-beda, maka bukankah suatu kerugian apabila kita tidak memanfaatkan apa yang menjadi kelebihan kita? Maka dari itu; kenali diri kamu mulai dari sekarang. Petakan apa yang menjadi kelebihan, juga kelemahan kamu. Because yourself is your number one friend as well as enemy.Tergantung apakah kamu cukup mengenal dirimu atau tidak.
Anyway. Seperti mayoritas calon mahasiswa HI yang awam, waktu awal juga saya tidak memiliki bayangan habis lulus HI akan jadi apa selain menjadi diplomat. Dan itu pekerjaan yang kedengerannya keren juga kan, maka makin tergiurlah saya masuk HI hehe. Zaman segitu rasanya keren banget saat menjawab; saya pengen jadi diplomat! Padahal sebenarnya, jauh di lubuk hati saya masih bingung apakah saya benar-benar ingin menjadi diplomat karena passion saya di sana atau hanya sekedar itu ‘kayaknya’ pekerjaan yang keren.
Beberapa semester kemudian saya semakin tidak berminat menjadi diplomat, apalagi setelah saya magang di Kementerian Luar Negeri. Aneh, tapi sepulang dari program magang di Jakarta itu saya semakin tidak ingin menjadi diplomat. Tapi tahu nggak, saya tidak pernah menyesal mengambil jurusan ini karena saya sadar kalau HI adalah jembatan saya untuk kemudian menemukan passion-passion saya yang sebenarnya. Yup, jangan mempersempit pikiran kita bahwa lulusan HI nantinya akan jadi diplomat, duta besar dan semacamnya. Lulusan HI, bisa tersebar di mana-mana, dan menjadi apapun yang kamu mau. Syaratnya, kamu harus tahu kamu mau jadi apa dulu, dan mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari sebelum lulus kuliah. Kamu harus punya softskilldan‘aksesoris’ yang membedakan kamu dengan lulusan HI lainnya. Intinya, harus punya satu keahlian khusus. Ada anak HI yang akhirnya jago riset, yang jago menganalisis kebijakan publik, yang jago melobia.k.a berdiplomasi, jago fotografi, dan jago manajemen pun ada.
Contohnya, ada anak HI yang akhirnya menjadi dosen. Lalu lulusan HI yang kemudian bekerja di lembaga riset ternama. Ada lulusan HI yang jadi diplomat seperti Pak Marty Natalegawa (beliau lulusan bidang HI di London School of Economics and Political Science, juga Master of Philosophy in International Relations di Cambridge University). Banyak anak HI yang lalu kerja di bank (banyak banget). Lalu anak HI yang kerja di bagian Government Affairs di perusahaan-perusahaan multinasional, kerja menjadi jurnalis, lembaga swadaya masyarakat, “abdi negara” di pemerintah daerah, atau menjadi pengusaha. Bahkan ada anak HI yang end-up jadi fotografer dan petinju! Memang jarang ‘jurusan HI’ dibutuhkan dalam lowongan pekerjaan yang sifatnya open recruitment. Untuk masuk ke perusahaan multinasional, apabila secara oprec biasanya lulusan HI baru bisa ‘diakui’ di program Management Trainee (MT) yang memang terbuka untuk semua jurusan. Danone punya program MT-nya sendiri yaitu MT STAR, lalu Unilever punya program MT mereka yang dinamai Unilever Future Leader Program, bank-bank biasanya menyebut MT sebagai Officer Development Program (ODP), etcetera etcetera.Tapi jangan berkecil hati apabila tidak semua perusahaan membutuhkan lulusan HI, karena semuanya tergantung kemampuan kamu juga sebagai ‘lulusan HI’. Apabila kamu sparkling, sebelum lulus juga ada beberapa perusahaan yang sudah nawarin kerja kok! 😉
HI memang jurusan yang “luas”. Banyak yang tersesat dan keluar dari jurusan HI masih dengan kemampuan yang rata-rata, kurang tahu mereka spesifik keahliannya di mana. Dan inilah salah satu kelemahan banyak lulusan HI yang membuat banyak HRD perusahaan enggan merekrut mereka: tidak mempelajari ilmu/keahlian yang spesifik. Tapi banyak juga kok yang lulus kuliah sudah tahu apa keahliannya.Di jurusan ini, kamu sendiri yang harus menspesifikasikan diri kamu. Secara spesifik, di bidang apakah kamu ingin berkarya nanti? Apakah itu sesuai passion kamu? Apakah kamu juga punya talenta di bidang itu?
Beberapa keuntungan personal yang saya dapat dari 4 tahun kuliah di HI ialah: ditempatkan di antara teman-teman yang keren. Saya adalah anak daerah yang berasal dari kota kecil bernama Kudus, Jawa Tengah. Dan kuliah di HI yang merupakan jurusan dengan passing grade yang tinggi, membuat saya ber–partner dengan teman-teman yang sudah memiliki standar tinggi tentang pendidikan. Saya dulu sempat “jiper” waktu di awal kuliah, karena mereka -kawan saya tadi- sungguh anak-anak yang berprestasi. Tapi sekarang saya justru bersyukur di tempatkan di antara orang-orang keren, karena dengan begitu batasan saya menjadi naik. Dulu saya adalah ikan kecil di kolam yang besar, dan karena kolamnya besar, saya memiliki kesempatan buat bereksplorasi juga belajar dari ikan-ikan lain yang jumlahnya banyak sekali. Pengalaman saya, di sini saya ditantang untuk melebihi “batasan” saya semula oleh pengajar , dan juga teman-teman sekelas.Dalam keadaan seperti itulah biasanya seseorang akan tumbuh 😉
Sejauh ini saya tidak menyesal dengan pilihan saya dulu yang melepaskan Kedokteran untuk HI. Saya tidak tahu seperti apa saya apabila saya dulu kuliah di Kedokteran, apakah lebih baik dari sekarang atau tidak. Tapi saya tidak menyesal meskipun tidak tahu, karena saya merasa inilah jalan saya untuk menggapai mimpi-mimpi saya ke depan, dan saya menikmati proses menggapai mimpi-mimpi itu. Ketika masih di SMA dulu saya pernah bermimpi untuk mengelilingi dunia, dan dari jurusan ini saya diberi kesempatan untuk melangkahkan kaki saya ke benua Eropa dan dataran Jepang. Sebuah langkah awal untuk merealisasikan impian mengelilingi dunia. Masih ada banyak mimpi ke depan, dan saya merasa telah mengambil jalan yang benar. Tidak ada yang tahu masa depan, memang benar. Tapi untuk sekarang, saya tidak menyesal. Semoga juga sampai nanti seperti ini perasaannya 😉
Your future is indeed a mystery, you can always turn back everytime you feel like heading to somewhere you don’t want to. But yeah, you’ll waste your time. So choose wisely!
Faela Sufa
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Categories: Jurusan
Posted: Oct 31, 2013 19:11
Bang Esron
Posted: Aug 4, 2014 20:50
ayu
Posted: Mar 26, 2015 08:51
alumni-smp-satu-kudus
Posted: Mar 30, 2015 13:45
admin
Posted: Apr 19, 2018 23:23
Elda
Posted: Apr 21, 2018 20:15
admin