-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Berkat Warteg Ku Bisa Kuliah
Siapa tak kenal Warteg atau Warung Tegal, tentunya masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar pasti akrab dengan Warteg. Perkembangan Warteg tidak dapat dipisahkan dengan derasnya arus urbanisasi dan industrialisasi. Ketika kota-kota besar lahir dengan berbagai pabrik dan aneka macam usaha jasanya, Warteg menjadi tempat rujukan bagi para pekerja yang membutuhkannya.Namun bagi masyarakat Tegal, Jawa Tengah, Warteg adalah simbol kehidupan. Betapa tidak, Warteg telah menghidupi dan menaikkan strata ekonomi menjadi lebih baik.
Kini, Warteg bersama dengan “Restoran Padang” tengah menghadapi serbuan berbagai macam restoran cepat saji dari Barat. Anak-anak muda pun semakin berpaling. Beruntung, Warteg tidak kehilangan pelanggannya. Salah satu orang Tegal yang ikut merasakan kerasnya persaingan usaha Warteg adalah Dede Kurniawan, mahasiswa hubungan internasional Universitas Paramadina Jakarta. Sosok yang humoris dan pandai bergaul ini, sejak kecil turut membantu usaha orangtuanya dalam bisnis makanan tradisional ini. Apa dan siapa Dede? Berikut adalah wawancara penulis dengannya:
Siapakah nama lengkap Anda?
Nama saya Dede Kurniawan
Dapatkah Engkau ceritakan pengalaman di masa kecil?
Ya, sejak kelas 1 SD sampai kelas 6, saya menjadi ketua kelas. Pada kelas 5 sampai kelas 6, saya juga menjadi ketua Pramuka tingkat pratama yang berpangkat balok tiga di bahu kanan.
Kenapa Anda tertarik menjadi seorang pemimpin di usia belia?
Semua itu berawal dari ranah akademis. Karena sejak kelas 1 aku selalu mendapatkan peringkat 3 besar, seorang guru menaruh kepercayaan dan amahanya kepada saya untuk menjadi ketua kelas. Akhirnya, saya menjadi lebih termotivasi secara alamiah.
Apakah kepemimpinan Dede lahir secara alamiah atau memang didorong oleh orang tua?
Tidak ada dorongan sama sekali dari orang tua. Mungkin karena aku adalah anak tunggal, jadi tiada kakak yang terbebani untuk mengurusku, juga tidak ada beban untuk mengurus adik. Jiwa kepemimpinan saya murni tumbuh karena faktor pendidikan.
Apa kenangan yang Dede dapatkan di bangku SMA?
Jika di SD yang aktif di ranah akademik. Sejak SMP, saya aktif di dunia non-akademik, khususnya musik. Di SMP saya bersama teman-teman mendirikan tiga grup band, masing-masing bernama Pentil, Radian dan Valcon. Band pertama dan kedua gagal, namun band ketiga cukup sukses karena diundang di berbagai hajatan perkawinan.
Bagaimana pengalaman Dede “mondok”?
Ya, saya mengenyam pendidikan jenjang SMA di sebuah pondok pesantren terkemuka di Desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Nama pesantren yang terbesar di Banten itu bernama Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Di pesantren, saya tetap aktif di dunia musik dan salah satu prestasi terbesar adalah menjuarai kompetisi DMC (Darunnajah Marching Band). Di organisasi, saya dipercaya sebagai ketua bidang olahraga, termasuk menjadi konseptor lawak untuk pertunjukan. Di pesantren saya berlatih kemandirian dan bertanggungjawab. Ini sangatlah berguna bagi masa depan saya kelak.
Jenjang pendidikan mana yang paling berpengaruh terhadap pengembangan diri Dede?
Yang paling berpengaruh adalah jenjang SMA. Karena di masa ini saya suka berdiskusi dengan teman-teman walaupun “abal-abal” atau informal. Saya sering menjadi moderator ataupun pembaca acara. Ini sangat melatih kepercayaan diri, berbicara di depan publik dengan sentuhan humor yang kental. Bagi saya, humor itu adalah keterampilan (skill).
Apa cita-cita seorang Dede?
Waktu kecil, karena sering menonton acara “power rangers” di televisi, saya justru ikut-ikutan bercita-cita menjadi “power rangers” karena mampu membela rakyat tertindas. Saya juga terpengaruh untuk menjadi seorang insinyur karena mampu membangun gedung pencakar langit. Namun SMA telah merubah segalanya, saya suka bicara dan ingin menjadi pembicara yang handal. Itulah alasan saya mengambil jurusan hubungan internasional di perkuliahan.
Menurut Anda, siapakah pemimpin itu?
Pemimpin adalah seseorang yang mampu menghimpun perkawanan untuk mencapai satu tujuan. Pemimpin bukanlah superman, akan tetapi mampu menciptakan super team.
Mengapa Anda memilih kuliah di Universitas Paramadina?
Sejak awal saya memang tidak tertarik untuk kuliah di kampus negeri, saya ingin merubah pandangan mayoritas masyarakat. Saya tertarik kuliah disini karena pengaruh pemikiran almarhum Nurcholis Madjid atau Cak Nur yang luar biasa. Saya percaya bahwa semua kampus pada dasarnya memiliki kesempatan sama untuk pengembangan diri. Bukan tempatnya, tapi orangnya. Kampus di pelosok yang sarat keterbatasan pun akan mampu melahirkan pemimpin dan orang sukses jika memang ada sosok berkualitas.
Sejak kapan Anda berlatih bisnis?
Sejak kelas 1 Sekolah Dasar (SD). Pada waktu itu saya membeli sekotak buku tulis di tetangga sebelah rumah. Satu kotak buku tulis berisi dua belas biji. Saya mendapatkan keuntungan Rp.100 rupiah perbiji dengan menjual kembali buku tulis itu kepada teman sekelas walaupun mereka harus membayarkan dengan mencicil dua kali. Saya juga menggunakan trik serupa untuk menjual mainan. Karena orang tua saya memiliki Warteg kecil-kecilan, saya sudah terbiasa membantu mencuci piring sejak kecil walaupun tidak pernah disuruh.
Organisasi apa saja yang pernah Anda ikuti?
Ooo, banyak sekali sebenarnya. Namun yang paling mengasah logika berpikir adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Sejak itu, saya terdorong untuk menjadi seorang aktivis. Saya mendirikan Madjid Politika, sebuah komunitas diskusi perihal politik dan Islam di kampus.
Apa keuntungan berorganisasi?
Sangat banyak keuntungan yang kita peroleh dengan mengikuti organisasi. Yang jelas kita akan mendapatkan jejaring perkawanan yang merupakan investasi untuk masa depan. Organisasi juga membentuk mental, mengasah kemampuan berbicara di depan publik, mempengaruhi massa dan sebagainya.
Menurut Dede, sosok mahasiswa ideal itu seperti apa?
Saya terpengaruh dengan pemikiran aktivis mahasiswa Soe Hok Gie. Mahasiswa ideal adalah yang cerdas secara akademik, luas secara pergaulan dan cerdas dalam percintaan juga. Karena cinta adalah cirri anak muda dan kita harus mengambil positif dari sebuah percintaan.
Seberapa penting pergaulan untuk pengembangan diri Anda?
Sangat penting. Karena aku mendapatkan pekerjaan pun dari teman juga. Bisnis dapat dirintis secara apik dengan modal persahabatan dan organisasi.
Apa untungnya bekerja sambil kuliah?
Sangat menguntungkan karena kita termotivasi untuk menghargai waktu, bertanggungjawab dan lebih mandiri.
Apakah Dede bangga bisa kuliah berkat Warteg?
Tentunya sangat bangga. Di kelas, saya duduk bersama dengan banyak mahasiswa yang orangtuanya adalah pengusaha dan politisi papan atas Indonesia. Sedangkan saya adalah usahawan Warteg yang di pagi buta, ketika langit masih gelap pergi berbelanja sayur mayor di pasar agar dapur tetap mengepul. Saya lebih bangga walaupun hanya mampu makan nasi goreng dengan keringat sendiri dibandingkan dengan teman-teman saya yang makan burger di mall karena uang dari orang tuanya.
Apakah Dede berniat mengembangkan Warteg setelah lulus kuliah?
Ada pikiran ke sana. Namun saya ingin bekerja dulu untuk orang lain di perusahaan untuk mencari modal. Setelah modal terkumpul, saya ingin mendirikan perusahaan sendiri.
Apakah setelah masuk jurusan hubungan internasional cita-cita Dede berubah?
Saya suka politik, karena itulah saya aktif di organisasi. Jujur, kuliah mempengaruhi diri saya untuk terjun ke politik di masa depan. Namun saya sadar, politik itu membutuhkan modal besar. Oleh karena itulah, saya ingin berbisnis dahulu. Banyak politisi korupsi karena memanfaatkan jabatannya untuk mengejar uang, saya tidak ingin menjadi orang seperti itu.
Siapakah sosok panutan Dede dalam berbisnis?
Almarhum kakek. Beliau awalnya hanyalah seorang penarik becak. Karena nenek saya pandai memasak didukung oleh keramahtamahannya, mereka berdua sukses merintis usaha Warteg dengan harga yang murah tetapi ramai pembelinya. Jerih payah mereka masih dapat dinikmati oleh orang tua saya, bahkan saya pun mampu kuliah karena Warteg.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tertarik untuk mengeluti bisnis? Semoga kisah nyata di atas mampu menginspirasi kita semua. Bekerja sambil kuliah sangat mungkin untuk dilakukan. Kalau Dede bisa, Anda pun bisa. Selamat mencoba.
Categories: Karir