-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Pencetak atau Pencari Kerja?
Menjadi mahasiswa memang suatu kebanggan tersendiri. Betapa tidak, penyandang status “maha” hanya dua yaitu Maha Esa dalam hal ini Tuhan dan Mahasiswa yang berarti siswa di perguruan tinggi. Yang lebih miris lagi, hanya sekitar 15% dari total angkatan anak sekolah di negeri ini yang mampu mencicipi bangku kuliah setiap tahunnya. Dengan kata lain, dimisalkan ada 100 siswa masuk SD di seluruh negeri ini setiap tahunnya, maka yang akan tetap terus bertahan hingga ke perguruan tinggi hanya 7 siswa saja. 93 % diantaranya biasanya terhenti sejak SD, SMP ataupun SMA.
Mahasiswa sering didengung-dengungkan sebagai agen perubahan bangsa. Memang tak salah, karena jatuhnya rezim otoriter Suharto juga disumbang oleh jerih payang pemikiran dan aksi mahasiswa. Di sisi lain, mahasiswa selalu dijadikan barometer dituntut untuk mampu hidup mandiri setelah kuliah (baca: bekerja). Kemandirian mahasiswa tersebut tentunya dinilai dari pekerjaan yang digeluti pasca studi di perguruan tinggi.
Minimnya lapangan pekerjaan membuat persaingan semakin ketat. Setiap tahunnya ada ribuan sarjana baru. Bersamaan itu pula, ribuan mahasiswa mencari pekerjaan di sana-sini. Rekruitmen massal di kampus maupun expo selalu dipenuhi oleh mahasiswa. Mereka adalah potret dari ketidakmampuan negara menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya. Dapat dibayangkan, mahasiswa saja berebut untuk memperoleh pekerjaan apalagi warga lain yang berstatus pendidikan lebih rendah.
Maka dari itu, hingga saat ini terus ada wacana untuk menjadikan kampus sebagai “kawah candradimuka” untuk mencetak mahasiswa menjadi Entrepreneur.
Wacana ini memang menjadi “angin segar” mengingat tingginya angka pengangguran dan PHK di negeri ini. Berbagai program telah digulirkan, baik yang datang dari pemerintah (Direktorat Jenderal PerguruanTinggi) maupun dari kampus itu sendiri. Program yang telah ada antara lain Inkubator Bisnis Kampus, Entrepreneurship and Career Center, pelatihan dan workshop wirausaha, Meet and Greet with Entrepreneur, Kredit Bisnis Mahasiswa dan masih banyak lagi. Kenyataan ini disambut hangat oleh segenap pihak. Terlihat dari semakin tingginya mahasiswa yang memilih studi bisnis di berbagai perguruan tinggi.
Kenyataan ini pula yang secara perlahan-lahan membuka tabir baru bagi para mahasiswa. Sehingga ada anggapan bahwa “pencetak pekerjaan” lebih baik daripada “pencari pekerjaaan”. Sepintas, dua hal ini memang terlihat sepele. Namun yang pasti sudah menjalar ke seluruh pelosok kampus di negeri yang berpenduduk 237 juta jiwa ini (BPS: Sensus 2010). Dengan kata lain, pilihan untuk menjadi “pencetak atau pencari pekerjaan” semakin jelas terpatri di benak mahasiswa.
Untuk opsi pertama, pencetak pekerjaan. Banyak orang mengklaim bahwa pilihan ini adalah yang terbaik. Mengingat kurang dari 3% dari penduduk di negeri ini berprofesi sebagai pengusaha. Toh, mencetak lapangan pekerjaan selain menguntungkan diri sendiri juga menguntungkan banyak orang. Namun, harus diketahui bahwa menjadi wirausahawan itu tidaklah mudah. Kemudahan dapat diperoleh oleh siapa saja yang memiliki bisnis keluarga, karena tentunya sering dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa yang mencicipi bisnis kecil-kecilan ketika di kampus (bahkan sejak SD atau SMA), biasanya memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan sarjana yang baru memulai setelah menanggalkan status mahasiswanya. Untuk mahasiswa yang menyukai tantangan, pilihan pertama ini adalah pilihan yang tepat karena memang sarat resiko sekaligus menjanjikan peluang lebih besar.
Untuk opsi kedua, pencari pekerjaan. Tidaklah bijak jika dianggap “mahasiswa buangan”. Karena pada dasarnya semua orang itu bertujuan yang baik dalam menentukan karirnya. Justru, pilihan mencari pekerjaan itu lebih baik bagi mahasiswa yang ingin lebih memperdalam kemampuan manajerialnya. Yang mana nantinya, dapat digunakan sebagai bekal untuk “mencetak” pekerjaan sendiri. Dengan kata lain, menjadi “buruh orang lain” dahulu dapat digunakan untuk memperdalam ilmu atau menambah pengalaman. Oleh karena itu, tidaklah benar jika “pencari pekerjaan” lebih rendah derajatnya dari “pencetak pekerjaan”. Toh, tidak semua lapangan pekerjaan mensyaratkan untuk memiliki banyak bawahan.
Akhirnya, menjadi “pencari” atau “pencetak” pekerjaan adalah pilihan. Semua bergantung pada setiap individu. Bagaimana dengan Anda?
Categories: Karir