-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Kesempatan dan Kesiapan
Kesuksesan tidak memiliki makna universal. Setiap orang memiliki definisi tersendiri. Kesuksesan itu relatif. Banyak orang menyatakan bahwa kesuksesan bukan tujuan, akan tetapi hanyalah sebuah perjalanan. Karena kehidupan laksana putaran roda. Namun, untuk meraih kesuksesan, menunggu keberuntungan saja tidaklah cukup. Kesuksesan mewajibkan dua elemen penting: kesempatan dan kesiapan. Hal itulah yang disampaikan oleh Mahasiswa Berprestasi Nasional, Purnawati Hustina Rachman atau yang lebih akrab dipangil Tina, mahasiswa jurusan Gizi Masyarakat di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat. Menurut Tina, siapapun berhak untuk sukses, termasuk orang yang dilahirkan dari keluarga miskin. Sosok yang terinspirasi dari kerja keras sang ayah tersebut kali ini berbagi cerita untuk Kampusgw.com. Berikut adalah wawancara lengkapnya:
Dimana dan kapan Anda dilahirkan?
Saya dilahirkan di Bangkalan, Madura tanggal 15 Februari 1989.
Pengalaman di masa SD?
Ketika duduk di bangku SD, saya berutung karena mendapatkan kesempatan untuk belajar di Iowa City, Iowa, Amerika Serikat (sejak TK hingga SD). Hal ini karena ayah saya mendapatkan beasiswa S3 di Universitas Iowa, sehingga memungkinkan untuk membawa seluruh keluarga ke Amerika Serikat selama 7 tahun. Mungkin karena lingkungan yang kondusif untuk belajar dan bersosialisasi, saya sudah aktif di organisasi sejak kelas 3 hingga kelas 6 yaitu menjadi bagian dari student council dan peer assistance team.
Dalam bidang akademik, Alhamdulilah track record saya cukup baik. Sejak kecil saya dididik oleh ayah untuk mencintai buku, sehingga pernah dalam summer vacation (liburan musim panas) saat kelas 2 SD, saya menghabiskan 100 buku. Karena hobi membaca, saya mulai menyukai menulis dan hal ini diapresiasi oleh sekolah sehingga dapat menjadi perwakilan Weber Elementary School untuk menghadiri workshop on creative writing di Cornell College saat kelas 3 SD. Di kelas, nilai saya termasuk di atas rata-rata sehingga seringkali diminta oleh guru untuk membimbing teman-teman yang lainnya dalam hal pelajaran.
Pengalaman di jenjang SMP?
SMP merupakan masa transisi bagi saya karena saya pindah dari Amerika Serikat ke Pulau Madura pada saat kelas 1 SMP. Jujur, saya terkendala bahasa. Karena dilahirkan di Amerika Serikat, sesampai di Indonesia saya tidak bisa berbahasa Indonesia secara aktif. Membutuhkan waktu 3 bulan agar saya dapat beradaptasi di Pulau Madura, baik bahasa, maupun budaya. Hal ini tentu saja berpengaruh pada nilai akademik. Semula nilai saya berkisar antara 2 – 4 dalam rentang 1 sampai 10. Saya sempat mendapatkan peringkat 42 dari 50 murid di kelas. Namun karena ketekunan untuk belajar dan berkat bimbingan dari teman-teman dan orangtua, peringkat saya sedikit demi sedikit meningkat dari yang semula 42, menjadi 35, kemudian 21, 12, dan terakhir rangking 4 di kelas. Setelah pindah dari Pulau Madura ke Bogor saat Kelas 2 caturwulan ke-2, rangking saya selalu termasuk 4 besar di kelas. Saat SMP saya belum aktif di organisasi. Hal ini mungkin karena saya terlalu fokus dalam hal akademik dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah secara drastis.
Pengalaman di masa SMA?
Saat SMA, saya sudah mulai mencoba organisasi yaitu PMR (Palang Merah Remaja). Sejak kelas 1 hingga kelas 3, saya aktif di kegiatan PMR dan mengikuti berbagai perlombaan di bidangnya. Untuk hal akademik, Alhamdulilah nilai saya termasuk di atas rata-rata di kelas.
Pengalaman organisasi yang paling berkesan?
Organisasi yang paling berkesan bagi saya adalah ketika bergabung dengan IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Sciences), organisasi pertanian yang memiliki fokus terhadap pertanian dan ilmu-ilmu terkait. Di Indonesia sudah terdapat 8 komite lokal dan di dunia sudah berdiri di 42 negara. Karena organisasi ini berlandaskan kekeluargaan, untuk pertama kalinya dalam sebuah organisasi, saya merasa mampu berbuat begitu banyak dengan apa yang saya miliki dan ingin berkontribusi secara optimal. Lingkungan IAAS yang beragam dan prestatif memberikan motivasi tersendiri untuk berprestasi juga. Disini saya belajar untuk memberi, memberi dan memberi. Percaya diri untuk memimpin yang lain serta mudah beradaptasi dengan beragam karakter.
Prestasi yang paling berharga?
Menjadi mahasiswa berprestasi (mapres) tingkat Institut Pertanian Bogor (IPB) serta mahasiswa berprestasi tingkat nasional merupakan prestasi yang paling berpengaruh hingga saat ini. Saya memperoleh banyak kesempatan setelah menjadi “mapres” yang dapat meningkatkan kompetensi, baik secara lokal, nasional, maupun international. Hal ini menjadi modal saya untuk berbuat lebih banyak bagi orang lain dan modal saya untuk berkarir di masa depan.
Bagaimana mengelola waktu?
Bagi saya cara yang paling efektif untuk manajemen waktu adalah menyusun prioritas berdasarkan tingkat urgensi serta disiplin menjalankan jadwal yang telah disusun.
Apa moto hidup Anda?
If there’s a will, insyaAllah there’s a way.
(Jika ada kemauan, InsyaAllah pasti ada jalan).
Seberapa penting pengalaman organisasi membentuk karakter Anda?
Sangat penting dan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter saya. Organisasi adalah wadah dimana kita bisa memberi dan melakukan sesuatu untuk orang lain sambil mengembangkan potensi yang kita miliki. Sebelum aktif di organsisasi mungkin saya orangnya pendiam, dan pemalu, namun setelah aktif saya lebih percaya diri dalam memimpin orang lain, percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki, terbiasa bekerja dalam satu tim dan lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar saya.
Siapakah tokoh idola dalam hidup Anda?
Ayah. Beliau berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah. Orangtuanya buta huruf, namun sejak kecil kakek/nenek mendidik ayah saya untuk mencintai buku. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia seringkali berhasil menjadi juara di kelasnya hingga akhirnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Perjuangan ayah saya membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah suatu hambatan untuk berprestasi, karena sukses/ tidaknya hidup kita bergantung pada usaha dan ridha Allah SWT.
Pernahkan Anda bekerja sambil kuliah?
Tentu saja pernah. Saya pernah magang sebagai Ahli Gizi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD0 Cibinong selama 3 minggu. Kegiatan magang di rumah sakit merupakan salah satu program akademik dimana kita dapat menerapkan pengetahuan dietetik yang kita peroleh di bangku kuliah. Tugas saya adalah mengkaji kebutuhan gizi beragam pasien dengan penyakit yang berbeda-beda dan mengimplementasikannya dengan menyajikan diet tersebut kepada pasien. Bagi saya pengalaman ini sangat menarik karena memberikan wawasan baru mengenai salah satu kesempatan kerja sarjana gizi, yaitu sebagai dietisien.
Terima kasih untuk program Young Leaders for Indonesia (YLI) dari McKinsey & Company yang mengantarkan saya untuk magang di Yayasan Indonesia Setara selama 2 bulan. Kegiatan saya dan tim YLI adalah membantu dalam pembuatan video Indonesia Setara sebagai bentuk launching dari yayasan itu sendiri serta mengkonsep beberapa kegiatan yayasan Indonesia Setara ke depan.
Pernahkah Anda mendapatkan beasiswa?
Ya, pernah. Saya saat ini saya sedang menerima “Beasiswa Aktivis” yang diberikan oleh Lembaga Pengembangan Insani, Dompet Dhuafa. Beasiswa ini difokuskan kepada mereka yang aktif di organisasi dan berprestasi. Sehingga untuk memperoleh beasiswa ini sebaiknya mempersiapkan diri dari sekarang untuk berperan aktif di organisasi dan berprestasi.
Apa arti kesuksesan menurut Anda?
Bagi saya kesuksesan adalah ketika kita dapat melampaui target-target yang kita tetapkan secara pribadi. Target-target tersebut tidak harus sesuatu yang sangat besar, bisa jadi adalah ketakutan kita yang apabila terlampau bisa membuat diri kita menjadi lebih baik. Misalnya ketakutan untuk berbicara di depan umum, ketakutan untuk berhadapan dengan dosen, dsb.
Apa arti kepemimpinan menurut Anda?
Menurut saya kepemimpinan adalah seni mewujudkan tujuan suatu kelompok tertentu dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para anggotanya.
Apa motivasi mengambil jurusan Gizi Masyarakat?
Jujur pada akhir tingkat SMA, saya masih bercita-cita sebagai dokter. Ingin sekali menolong mereka yang kurang secara ekonomi dalam hal kesehatan. Namun karena secara finansial perekonomian keluarga yang tidak mendukung, akhirnya saya memilih Gizi Masyarakat di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat, jurusan yang juga memungkinkan saya untuk mengabdi dalam dunia kesehatan.
Sudikah Anda menceritakan perjuangan meraih Mahasiswa Berprestasi Nasional?
Tentu. Sejak semestar 1 di IPB, saya sudah bercita-cita ingin menjadi mahasiswa berprestasi. Melihat kakak kelas saya yang menginspirasi dengan prestasi yang mereka miliki, menggerakkan saya untuk ingin bisa menginspirasi dan memotivasi yang lain agar mereka mampu menggapai cita-cita mereka. Dengan keinginan tersebut saya menyusun langkah-langkah yang harus saya tempuh selama kuliah, antara lain IPK > 3,5, aktif di organisasi, aktif mengikuti berbagai seminar nasional/ international dan pelatihan-pelatihan, serta melatih bahasa Inggris. Kegiatan-kegiatan itulah yang akhirnya saya lakukan selama 3 tahun, sehingga pada semester 6 saya memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai “mapres”.
Selama perjuangan menjadi “mapres”, merupakan proses yang sangat berarti bagi saya. Mulai dari tingkat departemen, ketika itu jarak antara pengumuman dengan deadline pengumpulan berkas cukup singkat, yaitu hanya 1 minggu. Dalam 1 minggu saya sudah harus mengumpulkan karya tulis lengkap, riwayat hidup, berkas sertifikat keikutsertaan kegiatan dan organisasi serta ringkasan bahasa inggris dari karya tulis saya. Sempat kalang kabut juga mengerjakan itu semua dalam satu minggu, sampai sampai pukul 23.00 WIB saya masih di rumah dosen guna merevisi karya tulis beberapa hari sebelum deadline pengumpulan. Tidak hanya sampai disitu, setelah mengumpulkan berkas ternyata ada pengumuman bahwa besoknya pukul 13.00 WIB semua peserta harus mempresentasikan karya tulisnya dalam bahasa Inggris di hadapan 6 juri. Mendengar hal itu, cukup membuat saya panik dan tidak bisa tidur nyenyak. Tetapi ternyata semua kerja keras tersebut membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Dalam proses menuju Mahasiswa Berprestasi Nasional (mapresnas), awalnya saya sempat gelisah dan khawatir dengan tanggung jawab yang saya emban, yaitu membawa nama baik IPB di forum nasional. Kekhawatiran terbesar saya adalah takut mengecewakan orang-orang yang telah mempercayakan nama IPB di tangan saya. Walaupun pemikiran tersebut masih sedikit mengganjal, saya tetap maju dengan berfikir lebih positif dan optimis. Bahwa saya harus bisa berusaha seoptimal mungkin. Perkara hasilnya, itu kita serahkan kepada yang Tuhan. Alhamdulilah, banyak sekali yang membantu saya dalam proses persiapannya. Keluarga, teman-teman, bapak/ibu dosen serta direktorat kemahasiswaan yang tidak hanya membantu secara langsung tetapi juga dengan motivasi, dukungan, semangat dan doanya.
Setelah terpilih menjadi mahasiswa berprestasi, saya memiliki tanggung jawab lebih untuk menyalurkan semangat berprestasi ini kepada adik-adik generasi penerus saya, dan tugas inilah salah satu alasan saya ingin menjadi mahasiswa berprestasi sehingga saya tidak merasa terbebani. Saya tetap menjadi diri sendiri, dengan segala kekurangan yang saya miliki. Namun menjadi “mapres” merupakan motivasi tersendiri bagi saya untuk senantiasa menjadi lebih baik sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi orang-orang di sekitar saya.
Apa motivasi mendirikan CLC (Creative Learning Club)?
Creative Learning Club (CLC) didirikan dengan keinginan agar semangat berprestasi dapat disalurkan kepada adik-adik generasi selanjutnya. Saya ingin membangun suatu media dimana mahasiswa dapat fokus mengembangkan potensi dan minatnya, memfasilitasi mereka untuk melatih kemampuan bahasa Inggris serta mempersiapkan mereka untuk berani ikut serta dalam berbagai perlombaan. Ide ini disambut baik oleh Ketua Departemen Gizi Masyarakat serta Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi sehingga CLC dapat difasilitasi oleh organisasi kemahasiswaan jurusan. Saat awal perekrutan, peminatnya cukup banyak. Namun seiring dengan berjalannya kegiatan-kegiatan, mengalami pasang surut semangat dari para anggotanya. Masih banyak kekurangan yang harus dibenahi di CLC. Namun hal utama yang menjadi perhatian saya selain program adalah rasa kekeluargaan, karena rasa nyaman itulah yang diharapkan dapat mempererat hubungan antara anggota sehingga mereka dapat lebih bersemangat dalam menjalankan program-program yang telah disusun bersama. Semangat kekeluargaan inilah yang menjadikan CLC semakin kokoh sehingga mampu mengadakan berbagai kegiatan yang tidak hanya meningkatkan soft skill internal para anggotanya, tetapi juga bisa menularkan kepada yang lainnya.
Apa pesan-pesan Anda untuk calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi?
- Kesuksesan seseorang bergantung pada keingingan dan usaha. Tanamkan cita-citamu di lubuk hati yang paling dalam, siapkan pikiranmu untuk fokus meraih yang kamu inginkan dan senantiasa berdoa untuk memperoleh kemudahan.
- Kesuksesan merupakan titik temu antara kesempatan dan kesiapan. Agar kita selalu siap ketika kesempatan itu datang, kita harus bekerja keras sejak dini, mempersiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh, dan jangan pernah putus asa, because nothing is impossible, if there’s a will, insya Allah there’s a way.
- Rajin-rajinlah mencari kesempatan itu baik di koran, di internet, dari guru, dari universitas dan sebagainya karena tidak semua kesempatan datang dengan sendirinya.
Categories: Sosok
Posted: Jan 4, 2017 14:38
eleanorji1