-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Agus Susanto: Trainer Keren Di Balik “Pawang Rezeki”
Di luar sana, ada ratusan – atau bahkan mungkin ribuan – trainer. Entah di bidang pemasaran, penjualan, komunikasi, teknologi, kesehatan, hingga pertanian. Namun dari semua itu, tidak banyak yang namanya menggelegar.
Agus Susanto ialah satu di antara segelintir trainer kenamaan. Pria ramah ini memiliki jalan hidup unik yang menantang. Hidup di tengah kemiskinan, sempat masuk pondok pesantren, hingga akhirnya keluar demi memenuhi citai-cita yang lebih luhur.
Agus Susanto mungkin tidak berlama-lama “nyaman” di bangku kelas formal. Namun toh ia lebih banyak belajar langsung di lapangan. Jatuh bangun menekuni bisnis berbasis jaringan telah menempanya menjadi pribadi yang kaya ilmu, pengalaman, dan wawasan.
Agus Susanto ialah pengarang buku laris berjudul “Pawang Rezeki” . Bagaimana sih liku-liku perjuangannya sebelum menjadi trainer keren? Apa saja petuahnya untuk teman-teman Kampusgw.com? Simak nukilan wawancaranya berikut ya.
Siapa nama lengkap Bapak?
Agus Susanto
Apa kesibukan Bapak sehari-hari?
Saya suka desain untuk kegiatan promosi, baca buku, sharing-berbagi inspirasi dengan teman.
Bisa diceritakan latar belakang pendidikan Bapak?
Latar belakang pendidikan biasa saja. SDN Depok ditempuh 6 tahun, masuk pesantren 5 tahun, sempat jajaki bangku kuliah STKIP hanya satu semester saja. Lebih banyak ikut pelatihan dan kegiatan training.
Apakah cita-cita Bapak di masa kecil?
Orangtua jarang menanamkan pada saya tentang cita-cita. Orangtua korban PHK dan (alm) ibu bantu bapak mencari nafkah jualan lontong sayur. Jadi sejak kecil saya tidak mengerti tentang cita-cita, mahkluk jenis apa itu?
Baru setelah masuk pondok, ketika salah satu orangtua santri menunjuk saya dengan telunjuk jarinya (ketika itu lagi baca buku pelajaran di depan masjid pondok): “Kamu hebat.! Kamu bakalan jadi orang besar nanti”. Kalimat itu terasa menggetarkan.. walau saya tidak tahu maksudnya.
Cuma saat itu terpikir.. “ingin jadi orang besar.. yang bisa bermanfaat dan bisa bantu orang lain. Sebagai catatan : saya masuk pondok gratis.. nggak bayar, ditanggung oleh Kyai. Cita-cita saya… ingin balas budi atas kebaikan orang yang pernah bantu saya.
Sebenarnya, apa panggilan hidup Bapak?
Di pondok ada pelajaran yang sangat membekas, “Khoirun-naas anfa’uhum linnas”. Manusia yang terbaik, yang banyak memberi nilai manfaat bagi orang lain. Saya hanya ingin bermanfaat bagi keluarga, lingkungan, teman. Belum berani untuk berbagi kebaikan lebih jauh dari itu. Hal ini saya lakukan sebagai balas budi pada orang-orang yang dulu pernah bantu saya.. namun saya tidak mampu untuk membalas kebaikan mereka, kecuali dengan melakukan kebaikan juga.
Biasanya orang yang menemukan panggilan hidup didahului oleh suatu momen bernama titik balik. Apakah Anda juga mengalami hal serupa? Bisa dijelaskan momennya?
Bagi saya, sejak kecil.. hingga masuk pesantren, sehari-hari makan hanya 1-2 kali sudah biasa. Yang memicu api dalam diri sehingga membara.. saat ibuku sakit.. ketika itu saya masih tinggal di halaman masjid sebagai guru TPA plus Imam masjid. Saya tidak bisa membuat ibu senang, karena keterbatasan ekonomi. Niat untuk bantu dan menyenangkan ibu supaya beban hidup berkurang, sebenarnya sudah ada sejak saya di pesantren. Makanya, saya tidak selesai pendidikan di pondok, keluar, lalu cari usaha untuk bantu ibu.
Di usia berapa Anda menemukan passion dan panggilan hidup?
Semenjak saya keluar dari pondok (Madrasah Aliyah kelas 2, usia sekitar 18 th-an). Saya ingin bermanfaat untuk keluarga khususnya ibu, dan bermanfaat bagi orang lain.
Anda dikenal sebagai pendiri Wise Organizer. Bisa dijelaskan kepada sahabat Kampusgw.com lebih jauh?
Wise Organizer baru sekedar kecambah. Bergerak dalam penyelenggaraan event pelatihan, training, dan seminar. Sebagai sarana untuk berbagi dan edukasi masyarakat melalui pelatihan. Karena belum ada tim, saya melakukan sebisa yang saya jangkau. Membuat pelatihan skala kecil di lingkungan teman, komunitas, kerjasama dengan yayasan, dll. Banyak potensi di masyarakat yang bisa diungkit dan mereka butuh alat ungkitnya: edukasi. Lalu saya berpikir, kenapa tidak dikelola sendiri saja? Maka semenjak itu saya coba buat event dan lembaga pelatihan sendiri.
Jika boleh tahu, apa misi hidup Bapak?
Cari bekal untuk perjalanan abadi. Bekalnya ada di jalan. Maka saya mencoba memunngut bekal yang terserak di jalan. Dan sedapat mungkin menanam kebaikan.
Apakah Bapak pernah “mencicipi” bidang lain sebelum fokus di bidang pelatihan dan penulisan?
Saya bisa berdiri di atas kaki sendiri lantaran dulu pernah ikut beberapa kegiatan usaha Networking. Dari usaha tersebut banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Keterampilan berbicara, pembangunan mental, fighting spirit, membangun tim, problem solving, dll. Yang tidak saya dapatkan di bangku sekolah. Mereka yang ada di usaha tsb dan masalah yang saya temukan dalam menjalankan usaha itu; bagaikan “Guru Kehidupan” yang banyak memberikan pelajaran hidup. Saya jadi trainer dan penulis. Sebenarnya cuma bertutur kisah perjalan teman-teman yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan.
Apa suka duka selaku profesional di bidang pelatihan dan penulisan?
Anda tahu? Betapa bahagianya ketika melihat seseorang bisa keluar dari kemelut hidup. Itu yang paling membahagiakan. Menjadi sangat sedih, jika apa yang saya sampaikan tidak menjadi jawaban bagi persoalan mereka.
Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai seorang trainer dan penulis?
Ada seorang peserta di Lampung. Tubuhnya besar, wajah dan kulitnya gelap, saat sesi pelatihan, ia menangis. Usai pelatihan ia peluk saya. Saya tanya kenapa, ia insyaf. Wajahnya sudah 23 tahun tidak tersentuh air wudhu.
Masih di kota yang sama. Seorang sopir menunjukan SMS. Ia mendapatkan umroh gratis, setelah ikut pelatihan dan menjalankan programnya. Atas dasar keyakinannya yang bulat, ia mendapatkan mobil pick up. Ia bilang kepada keluarganya mau beli mobil, padahal kala itu tidak punya uang. Prosesnya cuma seminggu, impiannya cair. Dapat Pick up hitam buat usaha.
Apa saja kesibukan Bapak selain di dunia pelatihan dan penulisan? Apakah juga aktif di bidang lainnya?
Saya ini Network Builder. Semanjak keluar dari pondok, saya sudah terjun di dunia Network Marketing. Sebab banyak yang saya dapatkan, bukan sekedar “Bonus”. Lebih dari itu, pengembangan diri dan banyak membantu orang lain. Maka saat ini pun saya tetap menjalankan usaha yang bersifat networking, di Green Warrior.
Dengan melihat usia Bapak sekarang ini, Anda telah mengantongi berbagai prestasi yang membanggakan. Sebenarnya berapa jam rata-rata Anda istirahat (tidur) setiap harinya?
Standar. Namun jika sedang menulis atau desain, terkadang saking asyiknya suka lewat waktu hingga malam hari.
Apa kegiatan Anda di waktu luang?
Membuat desain online untuk klien.
Kalau boleh tahu, apa sebenarnya passion Bapak?
Waktu saya hendak memasuki pernikahan, saya bilang ke istri. “Saya ingin menjadi trainer, jadi mohon dukungannya”. Bagi saya, itu kegiatan yang sangat menyenangkan.
Menurut Bapak, seorang penulis yang baik itu seperti apa?
Jika tulisannya mampu membuat orang lain tergerak, berubah menjadi lebih baik, lebih santun. Setidaknya memberikan inspirasi hidup bagi pembacanya.
Menurut Bapak, seorang trainer yang baik itu seperti apa?
Trainer itu memberi teladan. Serasi antara ucapan dan tindakan. Trainer bukan sekedar transfer pengetahuan.
Anda dikenal luas karena buku yang Anda diterbitkan, di antaranya Pawang Rezeki. Bisa diceritakan kepada teman-teman Kampusgw.com?
Tulisan dalam buku ini merupakan kompilasi pengalaman spiritual beberapa rekan yang sempat saya rekam dalam catatan kecil perjalanan saya. Selama mengisi seminar dan pelatihan di beberapa kota yang saya kunjungi tentunya. Experience–based.
Prinsip dasar yang dianut ‘Pawang Rezeki’ sangat sederhana. Ibarat menanam pohon, setiap amal kebaikan yang ditanam, akan berbuah kebajikan dan menumbuhkan kebahagiaan. Demikian juga setiap dosa dan keburukan yang ditanam, kelak akan berbuah kebusukan dan mengundang kesulitan.
Investasi kebaikan dan Ibadah kita selama ini, akan menjelma menjadi energi magnet dalam diri. Energi ini berpotensi mengeluarkan gelombang. Ia akan menarik dan mengundang rezeki maupun keberuntungan. Semakin besar kebaikan yang anda tanam untuk kemaslahatan manusia, hewan, maupun tumbuhan, sebagai wujud pengabdian kita kepada Allah swt. Ketahuilah, tindakan baik itu akan memperbesar energi magnet yang kita miliki, sehingga lingkarannya akan terus melebar dan vibrasi-nya semakin bertambah besar. Puncaknya, mestakung. Semesta mendukung.
Tahukah Anda? Bukankah kebaikan menuai kebajikan, dan sebaliknya keburukan berbuah kebusukan? Apapun itu, kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, sama-sama akan melahirkan sebuah balasan.
Kebaikan mengundang keberuntungan dan keburukan seperti meninggalkan jejak dalam lumpur, cuma akan melahirkan penderitaan demi penderitaan.
Kabar baiknya, keberuntungan maupun ke-‘Sialan’ begitupun kebaikan dan keburukan, keduanya dapat dikendalikan. Ibarat nahkoda, semua kendali ada pada diri kita sendiri sebagai ‘Pawangnya’. Tindakan baik, akan mengundang keberuntungan, sebaliknya, tindakan buruk, hanya akan mendatangkan kesialan.
Menariknya, kita tidak cuma menjual ide, gagasan, namun kita juga menyiapkan landasan pacu bagi mereka yang ingin perubahan hidup. Bagi merka yang ikut pelatihan kita, “Pawang Rezeki” akan kita dampingi sampai sukses. Dengan catatan, mereka mau komitemen mengikuti rapor hidup yang kami berikan.
Apa motivasi Bapak menulis buku?
Menulis itu adalah salah satu sarana dakwah dan alat ungkit untuk perubahan. Saya ingin membantu sedikit, memberi warna dalam kehidupan.
Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang trainer dan penulis menurut Bapak?
Berahklak mulia. Sebab jika ingin menebar kebaikan sumbernya tidak mulia, efek ubahnya tidak terlalu mengakar.
Apa arti kesuksesan bagi Bapak sebagai seorang trainer dan penulis?
Sukses itu jika kita mampu menjadi jembatan rahmat buat orang lain.
Apa arti kebahagiaan di mata Bapak sebagai seorang trainer dan penulis?
Bahagia itu jika anak dan istri bisa tersenyum, penuh ketaatan. Bahagia itu jika banyak orang-orang di sekitar kita berubah hidupnya dan tercerahkan lantaran informasi yang kita berikan. Sukses bukan kartu garansi orang itu bahagia. Namun jika seseorang sudah bahagia, sukses secara finansial itu tinggal menunggu waktu.
Belakangan ini ada fenomena menjamurnya Trainer, Coach maupun Motivator di kalangan generasi muda. Di satu sisi, itu baik karena bertujuan mulia. Tapi, di saat yang bersamaan juga kurang baik jika kapasitas yang bersangkutan masih minim. Bagaimana tanggapan Anda?
Menjamurnya pelatih maupun motivator muda, patut diacungkan dua jempol. Itu artinya tingkat peduli dan keinginan mereka untuk membantu orang lain bertumbuh. Ada di atas rata-rata anak muda pada umumnya. Akan lebih mengakar, jika mereka terus menempa diri dengan masalah sesungguhnya. Bukan sekedar memberikan resolusi dari teori yang mereka dapatkan dari seminar sukses yang mereka ikuti. Sebagai contoh, Kang Rendy, CEO Keke. Saya angkat topi pada beliau. Di usia muda beliau sangat menguasai medan permasalahan dalam dunia bisnis mulai dari teknis hingga penerapannya. Dan terbukti banyak perusahan dan pribadi yang sangat terbantu meningkatkan profit usaha mereka.
Siapa sih Role Model Bapak di bidang pelatihan dan penulisan?
Terus terang, dalam penulisan saya sangat senang dengan model penulisan Ippo Santosa. Gaya bahasa yang digunakan santai dan sangat gaul. Tulisan seperti itu terasa gurih dan enak untuk dinikmati.
Apa pesan-pesan Bapak bagi para mahasiswa yang ingin menjadi trainer dan penulis?
Kalau anda ingin menjadi trainer yang baik dan kata-kata anda berpengaruh, lakukan lebih dahulu baru anda sampaikan. Itu nasihat dari Hassan Al Basry. Dan itu bersumber dari Al-Quran. Tuhan amat murka, jika kita cuma pandai bicara namun tidak melakukan. Tanpa integritas, kalimat anda bagai sayur tanpa garam.
Categories: Sosok
Posted: Oct 23, 2018 12:04
deni oktaviano
Posted: Oct 25, 2018 08:24
admin
Posted: Oct 19, 2020 02:06
Amber Stewart
Posted: Oct 24, 2020 10:38
admin