-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Albert Lutano: Pakar Human Design Nomor 1 di Indonesia
Human Design mengacu pada tradisi seperti I-Ching, kabbalah, sistem chakra, dan astrologi untuk membantu kita memahami apa yang membuat kita unik. Kita dapat menggunakan sistem ini untuk mengeksplorasi kepribadian dan psikologi kita, dan tujuan keseluruhannya adalah memberi kita alat untuk membantu kita menjalani kehidupan terbaik kita.
Sebagai sebuah sistem, Human Design mungkin paling mirip dengan astrologi karena bagan dibuat berdasarkan informasi kelahiran kita. Bagan, juga dikenal sebagai grafik tubuh, mengungkapkan informasi tentang kepribadian kita, kecenderungan alami, dan aura energik. Kita dapat menggunakannya untuk membantu diri sendiri mengenali dan menerima bakat bawaan kita.
Bagan desain manusia kita akan menyertakan informasi yang biasanya kita temukan melalui tes kepribadian seperti Enneagram dan Myers-Briggs, tetapi bagan ini menggali lebih dalam karena juga mencakup sisi astrologi.
Bagan Human Design kita, atau grafik tubuh, adalah cetak biru dari siapa kita. Ini mengungkapkan informasi tentang kepribadian, kecenderungan, dan aura energik kita.
Di Indonesia, popularitas Human Design mungkin belum sebesar astrologi, shio, primbon, atau weton Jawa. Di negara-negara Barat, Human Design sudah begitu populer karena penerapan atau manfaat ilmu tersebut banyak digunakan untuk pengasuhan anak, mengenali gaya belajar, pengembangan diri, bimbingan karier, rekrutmen pekerjaan, membangun tim, hingga memperbaiki hubungan dengan pasangan atau orang lain.
Nah, pada kesempatan kali ini Kampusgw.com berkesempatan mewawancarai Albert Lutano yang merupakan salah satu praktisi Human Design paling berpengaruh di Indonesia. Founder https://www.humandesignindonesia.com/ itu bisa dikatakan sebagai Master atau Guru Human Design nomor 1 di Indonesia. Simak nukilan wawancaranya sebagai berikut.
Apa latar belakang Anda sebelum menekuni Human Design?
Saya seorang pengusaha dengan pengalaman panjang di bidang pemasaran digital dan penjualan. Sebelumnya saya memiliki beberapa bisnis online.
Bisa diceritakan perkenalan pertama Anda dengan Human Design?
Suatu hari di tahun 2016 saya bertemu dengan seorang kawan di salah satu fitness center. Ia menunjukkan kepada saya hasil diagram matriks Human Design-nya. Dari penjelasan singkatnya, rasa penasaran saya begitu membuncah. Sejak itu, saya melakukan segala cara agar saya bisa mengetahui diagram matriks saya sendiri.
Tekad saya untuk mempelajari Human Design semakin menggelora ketika apa yang saya tanyakan kepada kawan saya tersebut tidak terjawab. Pasalnya, ia memang hanya sebatas tahu kulitnya.
Singkat cerita, saya akhirnya menemukan buku-buku atau literatur Human Design yang kebanyakan berbahasa Inggris. Ketika itu, saya belum menemukan pakar Human Design asal Indonesia. Bahkan komunitas Human Design pun baru ada di luar negeri. Untungnya, saya terhubung dengan komunitas Human Design dari Rusia, Amerika, Inggris dan seterusnya.
Saya merasa Human Design menawarkan begitu manfaat. Namun, sayangnya masyarakat Indonesia masih awam. Saya terpanggil untuk mengenalkannya.
Lalu, apa saja yang telah Anda lakukan untuk mendalami Human Design?
Saya pernah mengikuti salah satu seminar Human Design di Jakarta yang kebetulan saya telah mengenali pengajarnya 10 tahun sebelumnya. Sayangnya, saya tidak puas dengan hasilnya. Oleh karena itu, forum online atau komunitas di luar negeri saya andalkan. Mengapa?
Karena untuk belajar Human Design itu tidak murah. Per modulnya saja bisa mencapai ratusan hingga ribuan Dolar AS.
Berkat gabung dengan komunitas tersebut, saya bisa mendapat berbagai modul gratis.
Bagi saya Human Design itu keren banget. Karena bisa membantu kita mengenali diri sendiri hingga ke level dalam.
Lantas, apa saja yang telah Anda lakukan untuk mengenalkan Human Design di Indonesia?
Sebelumnya saya pernah membangun sebuah komunitas dengan beberapa kawan yang mempertemukan orang-orang dengan memiliki kemampuan lebih (gifted). Kami membuat wadah untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki minat di bidang metafisika. Namun karena satu dan lain hal, saya tidak lagi aktif di sana.
Saya menyadari bahwa hanya segilintir masyarakat di tanah air yang telah mengetahui Human Design. Padahal di luar negeri, sudah banyak yang memahaminya.
Sebagai contoh di Jerman. Di sejumlah kampus di negara itu, Human Design telah dimanfaatkan sebagai asesmen masuk perguruan tinggi hingga rekrutmen atau tes masuk perusahaan. Asesman karier, membangun tim, hingga branding telah berbasis Human Design telah begitu populer di sana.
Apa motivasi Anda membangun https://www.humandesignindonesia.com/?
Saya melihat peluangnya besar. Populasi di Indonesia ini begitu besar. Andai saja setengah persennya saja berminat mendalami, itu sudah lumayan sekali. Apalagi waktu itu belum ada praktisi Human Design di Indonesia. Oleh karena itu, saya mendirikan Human Design Indonesia.
Saya terus mendalami Human Design, mengembangkan penerapannya, hingga mengkombinasikannya dengan modalitas lain seperti Enneagram, MBTI, Coaching dan seterusnya.
Belakangan saya semakin senang karena praktisi yang mengenalkan Human Design semakin banyak. Jadi, saya merasa tidak lagi sendirian mengedukasi pasar.
Mengapa Anda begitu bersemangat mengenalkan Human Design? Apakah ada pengalaman pribadi yang mendorong Anda?
Saya merasa Human Design ini keren sekali. Karena telah membantu banyak klien (khususnya bule) memahamkan dan menerapkan Human Design dalam bisnis dan kehidupan mereka, saya semakin yakin dengan manfaatnya.
Ada sebuah pola pada chart kita. Mau bagaimana pun kita menolak, menjauh atau menghindar itu tidak bisa. Tuhan atau semesta kelak akan mengarahkan kita untuk menjalani “desain” kita sendiri.
Suka tidak suka, mau tidak mau, kita seperti “dipaksa” untuk menjalani pola tersebut. Kalau pun kita menolaknya, ujung-ujungnya diri kita tidak akan jauh berbeda dengan hasil “desain” itu.
Dengan menjalani hidup sesuai Human Design bukan berarti hidup kita tidak ada masalah atau lurus-lurus saja. Namun kita akan lebih bisa menikmatinya.
Hidup kita ini seperti diarahkan atau dipimpin oleh sesuatu di luar diri kita yang tidak kelihatan. Semakin kita menolaknya, semakin kita lama kita mencapai apa yang kita inginkan. Semakin kita berserah atau memberikan jiwa memimpun diri kita, semakin mudah kita sampai di sana.
Bagi saya akurasi Human Design itu sangat detil. Bahkan bisa membuat saya merinding.
Bagaimana strategi Anda mengenalkan Human Design?
Di awal berdirinya https://www.humandesignindonesia.com/, saya memakai mendekatan hard selling. Belakangan saya justru sebaliknya. Saya mengandalkan pemasaran digital yang lebih soft selling.
Jadi sekarang saya tidak lagi “memaksa” lagi. Karena saya menyadari strategi ini justru secara energetic bisa lebih menarik lebih banyak audiens secara otomatis.
Mengapa Anda fokus menggarap pasar di Bali, khususnya Ubud?
Karena Ubud memang salah satu pusat kebugaran, spiritualitas, dan jantung kebudayaan Bali yang menjadi magnet jutaaan orang asing untuk berkunjung. Saya merasa jauh lebih mudah mendapatkan klien di sini dibandingkan di tempat lain di Indonesia karena orang asing biasanya lebih terbuka dan pada dasarnya mereka sudah teredukasi.
Tak mengherankan bila 95% klien saya memang warga negara asing. 5% sisanya orang Indonesia dari Jakarta, Surabaya, Medan atau kota-kota besar lainnya.
Fokus menggarap Ubud bukanlah tanpa alasan. Karena berdasarkan riset saya selama ini, 9 dari 10 bule yang saya survei sudah mengenal Human Design meskipun sebagian baru sekilas saja. Sedangkan untuk masyarakat Indonesia mungkin sebaliknya.
Saya merasa untuk saat ini memang fokus menggarap pasar warga negara asing. Butuh upaya lebih mengenalkan Human Design ke pasar lokal. Ke depan, bukan tidak mungkin saya secara bertahap mulai fokus menggarap segmen lokal.
Apa harapan Anda bagi masyarakat yang ingin tahu lebih lanjut atau mendapatkan manfaat dari Human Design?
Kenalilah diri Anda sendiri. Sebagaimana kata Lao Tze, “mengenal orang lain adalah kecerdasan, mengenal diri sendiri adalah kebijaksanaan sejati. Menguasai orang lain adalah kekuatan, menguasai diri sendiri adalah kekuatan sejati. “
Silakan kunjungi https://www.humandesignindonesia.com/. Anda bisa mendapatkan report gratis 3 halaman untuk mengenal Human Design Anda. Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut, silakan bertanya ke admin.
Nah, itulah nukilan wawancara Kampusgw.com dengan Albert Lutano yang merupakan pakar Human Design nomor 1 di Indonesia sekaligus founder dari https://www.humandesignindonesia.com/. Bagaimana kawan, apakah Anda tertarik mencoba?
Categories: Sosok