-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Alfito Deannova Gintings: Sarjana Ekonomi Yang Sukses Sebagai Jurnalis & Pembawa Acara Berita
Di jagad penyiaran nasional, siapa yang tak mengenal Alfito Deannova Gintings? Bagi penggemar warta, rasanya semua orang tahu sosok yang satu itu.
Memang benar, pembawa acara berita dan jurnalis terus bermunculan dari waktu ke waktu. Memang tidak salah, jika ada berderet “pemain” yang turut meramaikan bidang tersebut. Namun, mengapa Bang Alfito – sebagaimana biasa disapa – masih menjadi salah satu Top-of-mind di hati pemirsa nusantara?
Pasti ada “sesuatu” dong. Ya, berangkat dari persepsi awal itulah Kampusgw.com bertemu pria sekeren Alfito Deannova Gintings. Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang saat wawancara berlangsung dipercaya sebagai Direktur CNN Indonesia.
Sebagai bocoran awal, Bang Alfito mengawali karirnya sebagai penyiar radio ketika masih menjadi mahasiswa UI. Ketika menyandang Sarjana pada tahun 2000, ia memutuskan bergabung dengan SCTV hingga bertahan selama tujuh tahun. Pada tahun 2008-2015, ia turut menjadi “mutiara” yang turut membesarkan nama TVOne. Di sepanjang perjalanan karir tersebut, ia bekerja di atas rata-orang kebanyakan. Alhasil, karirnya melesat tak terbendung hingga saat ini.
Nah, siapa sebenarnya Alfito Deannova Gintings? Bagaimana latar belakang pendidikannya? Bagaimana liku-liku petualangan karirnya? Dan bagaimana pesan-pesannya untuk sahabat Kampusgw.com? Simak nukilan wawancara berikut ya.
Siapa nama lengkap Anda?
Alfito Deannova Gintings.
Apa kesibukan saat ini?
Saya dipercaya sebagai Direktur CNN Indonesia. Di luar itu, saya mengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila.
Apa cita-cita Anda ketika masih kecil?
Ingin menjadi tentara. Maklum, kakek saya tentara. Karena saya dekat dengan beliau, saya jadi terpengaruh untuk mengikuti jejaknya. Namun, di kemudian hari saya mendapati diri bahwa saya memiliki mata silinder. Jadi, mimpi tersebut saya kubur. Sehingga, pada masa SMP-SMA saya belum tahu mau menjadi apa kelak.
Bagaimana latar belakang pendidikan Anda?
Di SMA, saya mengambil jurusan IPA kendati sebenarnya saya tahu lebih tepat di jurusan IPS. Mengapa saya masuk IPA? Karena pengaruh keluarga saya. IPA dianggap lebih mampu mengasah logika kendati itu sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Untuk jenjang S1, saya diterima di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (sekarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Mengingat saya berasal dari keluarga yang biasa saja secara ekonomi (bahkan bisa dikatakan kurang mampu), saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan kuliah ini. Saya berusaha untuk tidak merepotkan orang tua, sehingga terdorong untuk mandiri. Itu mengapa saya mencari penghasilan tambahan dengan tidak melupakan tugas sebagai mahasiswa.
Bagaimana awal masuk di dunia media?
Nah, waktu kuliah di UI itulah saya “kecemplung” dunia media. Awalnya hanya iseng. Karena ingin memanfaatkan kesempatan yang ada di depan mata. Sehingga ketika ada lowongan sebagai penyiar di Radio Suara Kejayaan, saya langsung mendaftar dan diterima. Lumayan, gaji sebagai penyiar cukup untuk menghidupi diri saya sebagai mahasiswa waktu itu.
Mengapa tidak bekerja di bidang yang “sesuai” dengan jurusan Akuntansi?
Sebenarnya saya pernah mengikuti magang yang sesuai dengan jurusan kuliah. Namun setelah saya renungkan lagi, saya lebih menikmati bekerja di bidang komunikasi atau media. Karena sesuai dengan passion dan kepribadian saya. Jadi, ketika lulus UI, saya langsung bergabung sebagai jurnalis di salah satu stasiun televisi swasta ternama: SCTV.
Apa pengalaman paling mengesankan selama menjadi jurnalis dan pembawa acara berita?
Tidak ada yang spesifik sih. Karena setiap momen membawa kesan tersendiri. Saya pernah mewawancarai Presiden BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi. Mengunjungi berbagai daerah Indonesia. Naik pesawat kepresidenan. Mewawancarai kepala-kepala negara. Meliput langsung konflik Aceh. Hingga rela mengundur waktu tunangan (pernikahan) demi pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Saya begitu menikmati apa yang saya lakukan.
Anda merupakan satu dari segelintir jurnalis dan pembawa acara berita yang berprestasi. Sebenarnya, apa rahasianya?
Dari awal berkarir saya selalu memberikan yang terbaik. Tidak ingin menjadi mediocre. Nah, salah satu parameter dari keberhasilan suatu profesi ialah menjadi Top-of-mind di bidangnya. Jadi, ketika orang mendengar berita dan belum tahu saya, mungkin berarti saya belum maksimal berkarya. Atau masih ada banyak hal yang harus ditingkatkan.
Dengan melihat usia Anda yang masih relatif muda, menurut orang kebanyakan karir Anda begitu cemerlang. Sebenarnya, berapa jam rata-rata Anda tidur setiap harinya?
Saya mulai tidur antara pukul 12.00 atau 01.00 dini hari. Bangun lagi ketika Shubuh. Jadi, bisa ditebak sendiri berapa lama.
Bagaimana dengan hobi Anda?
Tak banyak yang tahu, mungkin saya termasuk orang yang paling membosankan di dunia haha. Karena kesibukan saya kalau tidak bekerja ya bersama anak dan isteri (keluarga). Karena terkait profesi, kegiatan yang rutin saya lakukan di waktu luang ialah membaca. Olahraga seperti gym atau renang juga saya lakukan, tapi biasa saja. Tidak ada yang spesial.
Apakah Anda memiliki mentor hingga role model khusus?
Tidak ada yang spesifik. Saya tidak pernah mengkultuskan seseorang. Jadi, saya bisa belajar dari semua orang. Karena saya yakin setiap individu itu unik. Saya selalu mengambil sisi positif, kelebihan atau kekuatan dari setiap orang yang saya temui. Semua orang saya anggap guru. Itu juga yang menyadarkan saya bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Apa yang Anda sukai dari profesi ini?
Bertemu dengan orang-orang baru setiap saat. Meskipun tetap melakukan hal-hal yang rutin, namun selalu ada pelajaran baru setiap harinya. Jadi tidak pernah membosankan.
Apakah Anda pernah kepikiran atau tergoda untuk pindah profesi?
Ehmmm tidak. Lebih tepatnya sering ada yang menawari saya untuk beralih profesi. Misalnya untuk menjadi Humas di perusahaan besar, politisi, atau lainnya. Setelah saya renungkan lagi, saya merasa masih cocok dengan apa yang saya lakukan sekarang. Jadi, belum ada alasan yang kuat untuk pindah. Saya termasuk orang yang dari dulu konsisten dengan bidang yang dipilih. Tidak jarang teman-teman saya terheran-heran mengapa saya masih begitu setia di bidang media.
Bagaimana Anda memandang panggilan hidup?
Ehmmm, intinya ialah kebermanfaatan. Jadi, bagaimana apa yang kita lakukan bisa memberikan manfaat untuk orang lain.
Dunia penyiaran bisa dikatakan telah melambungkan nama Anda, setuju?
Popularitas hanyalah efek dari apa yang kita lakukan. Sehingga, menjadi terkenal bukan menjadi tujuan saya.
Apa pesan-pesan Anda bagi generasi muda yang ingin menjadi jurnalis dan pembawa acara berita?
Yang pasti, kenali diri sendiri. Lalu, gali lebih dalam apakah Anda benar-benar ingin menekuni profesi ini. Karena bisa dikatakan, “profesilah yang memilih kita, bukan kita yang memilih profesi.”
Bisa dijelaskan lebih lanjut?
Ya tidak semua orang cocok menjadi jurnalis dan pembawa acara berita. Jika ingin bukti, coba saja sendiri. Apakah bisa bertahan hingga 6 bulan atau 1 tahun. Profesi ini membutuhkan motivasi, daya tahan, ketekunan dan tekad yang kuat. Jadi, jangan lihat dari luar saja. Karena banyak orang awam bilang, profesi ini menarik karena berpakaian rapi dll. Padahal, mereka tidak tahu secara rinci bagaimana kita mempersiapkan diri agar bisa tampil dengan prima.
Bisa dikatakan, Anda telah mendapatkan segalanya dari sisi karir. Apa kira-kira yang masih ingin dikejar ke depannya?
Manusia itu dinamis ya. Kalau di CNN Indonesia, masih banyak hal yang harus dituntaskan. Masih banyak PR-lah. Di luar itu, saya kepikiran untuk mengambil PhD karena saya suka mengajar dan belajar.
Sumber gambar: brilistyle.brilio.net
Categories: Sosok