-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Anak Penjual Sayur Taklukkan Dunia
Ketiadaaan biaya memang menjadi tantangan bagi ribuan anak Indonesia setiap tahunnya untuk kuliah. Karena faktor biaya pula banyak anak bangsa yang putus sekolah lebih dini. Namun, sejatinya biaya dapat dicari dengan beragam cara. Yang terpenting, niat dan tekad untuk belajar tidak boleh padam.
Kali ini penulis Kampusgw.com Dito Anurogo berkesempatan mewawancarai Janu Muhammad, Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Yogyakarta yang sarat prestasi. Mahasiswa yang datang dari keluarga kurang mampu ini sejak kecil sudah menempa diri untuk terus belajar dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya. Ketiadaan biaya tidak serta merta memadamkan asa Janu untuk berani bermimpi dan berusaha mewujudkannya. Seperti apa drama perjuangan anak penjual sayur ini menaklukkan dunia?
Apakah menjadi mahasiswa pendidikan geografi merupakan cita-cita Anda sejak kecil? Jika ya, apa motivasinya? Jika bukan, lalu apakah cita-cita Anda sejak kecil?
Menjadi mahasiswa pendidikan geografi sebenarnya bukan cita-cita sejak kecil. Cita-cita saya dulu adalah menjadi TNI Angkatan Darat karena terinspirasi paman saya ketika SD. Ketika SMP saya ingin menjadi arsitek karena ingin seperti bapak yang menjadi tukang bangun rumah. Tetapi akhirnya saya ingin menjadi pendidik (dosen) geografi. Saya suka geografi sejak SMA karena unik.
Mengapa Anda tertarik untuk memilih bidang geografi?
Saya tertarik mempelajari geografi, khususnya geografi sosial karena unik. Geografi adalah rumpun ilmu alam dan sosial yang menjadi satu. Geografi dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya adanya pemukiman, tanah longsor, dan fenomena alam lainnya.
Bagaimanakah menurut Anda prospek di bidang geografi di masa mendatang?
Spesifikasi saya adalah geografi sosial, khususnya geografi kota. Dengan disiplin ilmu ini saya ingin menyalurkan minat saya di bidang riset sosial-kota, pendidikan, dan tentunya pembangunan wilayah. Geografi akan menjadi disiplin ilmu yang selalu dibutuhkan karena menyangkut analisis spasial maupun wilayah, termasuk untuk perencanaan suatu kota.
Apakah ada tantangan dari keluarga, sahabat, lingkungan, saat Anda memutuskan untuk menjadi/memilih profesi ini? Jika ada, dari siapa (saja)?
Cita-cita saya menjadi dosen geografi alhamdulillah mendapat dukungan penuh dari mamak dan bapak. Mereka selalu mendoakan yang terbaik untuk putra-putrinya. Begitu pula dengan para sahabat saya yang sering mengutarakan cita-cita ini agar mereka mendoakan yang terbaik.
Bagaimana Anda menjalani kehidupan masa kecil, anak-anak, dan remaja?
Saya lahir dari keluarga sederhana, dari seorang ibu Lasiyem dan bapak Ngadiyo. Beliau dari segi pendidikan memang hanya sampai SD. Itupun ijazahnya hilang entah ke mana. Sejak kecil saya diasuh langsung, sering ikut ke pasar untuk jualan cabe dan sayuran. Bapak dulu jadi buruh tani, tetapi sekarang ikut mamak jualan sayur di Pasar Sleman.
Saya sejak kecil pendiam dan pemalu, apalagi kalau diajak main pasti tidak mau. Saya sering mengurung diri di kamar dengan baca buku, entah mengapa tidak tertarik main-main dengan yang lain. Semenjak SMP, akhirnya saya lebih terbuka berkat ikut OSIS dan Dewan Penggalang. Saya lebih berani menyampaikan pendapat, dan juga ketika SMA saya mengikuti sekitar 8 organisasi, baik di sekolah maupun luar sekolah. Yang jelas organisasi positif, bukan geng pelajar, hehe.
Dari dulu saya tidak suka main playstation (PS) ataupun nonton bola, entah mengapa. Saya tipe anak penurut orang tua, meski juga diberi kebebasan untuk menentukan teman/organisasi sendiri. Kami hidup dalam kesederhanaan, tidak mewah, istilahnya prihatin. Saya selalu semangat belajar karena orang tua sudah kerja keras siang malam demi saya dan adik Isti Rahayu, adik saya.
Dapatkah Anda berbagi cerita tentang “masa lalu” yang begitu menempa dan mendewasakan diri dan kepribadian Anda, dan sekaligus yang mengandung hikmah?
Menurut saya, pendidikan keluarga yang memang menentukan masa depan saya. Sejak kelas 1 SD saya dimasukkan ke Taman Pendidikan Al Qur’an, awalnya malu dan menangis tetapi lama-lama biasa. Pernah dulu menjadi juara 1 pemilihan anak sholeh berprestasi meski baru tingkat dusun. Saya dan adik dididik agama dan budi pekerti oleh orang tua. Termasuk kemandirian karena biasanya jam 4 orang tua sudah ke pasar dan pulang siang. Kami sebagai anak harus menyiapkan segala perlengkapan sekolah sendiri, mencuci baju sendiri, termasuk menyetrika ataupun kadang-kadang bikin sarapan sendiri. Menurut saya disitulah orang tua mengajarkan untuk mandiri dan ’peka’ bahwa orang tua juga sudah kerja keras untuk membiayai sekolah. Kami harus mengerti keadaan.
Apa sajakah pengalaman Anda yang paling berkesan selama menjadi mahasiswa? Boleh diuraikan?
Sebelumnya, saya ingin bercerita salah satu pengalaman berkesan ketika di SMA N 2 Yogyakarta yaitu menjadi ketua Rohis Kharisma. Banyak hal yang saya dapatkan, termasuk tempaan spiritual untuk belajar agama. Saya pernah menjadi peserta Pesantren Kilat Nasional yang diadakan oleh Kementerian
Agama di MAN 3 Malang pada tahun 2009. Sanlatnas ini hanya diikuti oleh sekolah pilihan bertaraf internasional. Alhamdulillah banyak teman baru dari berbagai provinsi.
Pengalaman berkesan ketika menjadi mahasiswa sebenarnya banyak. Namun satu yang cukup membuat kombinasi antara bahagia-sedih-maupun campuran keduanya adalah ketika pertama kalinya pergi ke luar negeri yaitu mengikuti Summer School Utrecht di Utrecht University Belanda pada tahun 2013. Sedihnya adalah saat itu saya hampir putus asa karena belum siap berangkat, dari segi finansial maupun mental, termasuk sulitnya membuat visa Schengen, tetapi senangnya adalah ketika akhirnya dapat berangkat setelah melalui perjuangan cukup panjang. Saat itu saya punya vertigo sehingga kondisi tubuh kurang fit. Akhirnya terobati ketika menginjakkan kaki selama dua minggu di Eropa! Benar-benar membuka mata bahwa dunia itu luas, sehingga saya merasa ’kecanduan’ untuk pergi ke luar negeri lagi.
Apa sajakah pengalaman Anda yang paling berkesan selama belajar Geografi di Universitas Negeri Yogyakarta?
Pengalaman berkesan selama menjadi mahasiswa Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah bertemu dengan para mahasiswa pilihan, yang sering mengikuti kompetisi menulis sehingga memacu saya untuk mengembangkan penelitian dan kepenulisan. Selain itu, saya dapat lebih fokus untuk mengembangkan riset dan kegiatan sosial masyarakat dengan menjadi pustakawan muda di Omah Baca Karung Goni di dusun saya.
Boleh diceritakan pengalaman (pahit-manisnya) dan tantangan hidup Anda pribadi saat belajar dan bekerja di UNY ?
Tantangannya adalah kesibukan antara kuliah-praktikum-dan organisasi. Saya adalah tipe organisatoris dan juga akademis. Saya menargetkan menjadi mahasiswa berprestasi di UNY dan aktif berorganisasi. Tantangannya adalah manajemen waktu. Saya senang belajar di UNY karena di kampus inilah lahir calon pendidik generasi muda untuk jadi guru dan dosen. Sepertinya lebih banyak manisnya daripada pahitnya.
Boleh diceritakan pengalaman (pahit-manisnya) dan tantangan hidup Anda pribadi saat berada di luar negeri?
Pengalaman pergi ke luar negeri saya baru 3 kali, dan baru 4 negara. Pertama adalah Belanda (2013), kedua Australia (2014) dan terakhir adalah Malaysia serta Thailand (2015). Menurut saya pahitnya sedikit kok. Bagi mahasiswa seperti saya ya pasti senang kalau bisa ke luar negeri, tetapi dengan misi khusus lho, bukan jalan-jalan. Ketika di Belanda saya ikut kuliah singkat, di Australia ikut homestay mewakili Gerakan Mari Berbagi dan dapat orang tua angkat, waktu ke Malaysia sebagai wakil Indonesia di ASEAN University Youth Summit. Nah yang ke Thailand ini murni jalan-jalan. Tantangannya adalah bahasa dan budaya, termasuk sebagai muslim harus pintar-pintarnya cari masjid untuk sholat.
Bagaimana kiat menyiasati problematika seperti keuangan, bahasa (language barrier), lingkungan baru (adaptasi/kejut budaya) saat berada di negeri orang?
Untuk finansial biasanya saya mengajukan bantuan ke kampus, ke sponsor, dan tentunya menabung, yang penting hemat dan cukup. Untuk bahasa dapat disiapkan dengan banyak praktik, khususnya bahasa Inggris harus sering membiasakan diri. Untuk budaya, sepandai-pandainya kita mencari informasi dan bertanya kepada teman yang pernah ke luar negeri.
Boleh diceritakan, bagaimana perjalanan/proses Anda sehingga dapat meraih berbagai penghargaan dan prestasi?
Sebuah prestasi menurut saya adalah ketika kita bisa bermanfaat bagi manusia lainnya dalam kebaikan. Dulu ketika masuk SMP, saya adalah lulusan terbaik di SD Dalangan sehingga masuk SMP N 1 Sleman tanpa tes (sekolah favorit), ketika masuk SMA N 2 Yogyakarta juga masuk peringkat 6, dan ketika masuk UNY juga melalui SNMPTN Undangan (jalur prestasi). Saat ini meraih beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari DIKTI. Dua tahun ini memperoleh anugerah mahasiswa berprestasi UNY. Sebenarnya menurut saya prestasi itu erat dengan teorinya Steve Jobs “connecting the dots” karena perjalanan-perjalanan saya masa lalu menghasilkan prestasi saat ini. Prinsip man jadda wajada (berusaha dengan sungguh-sungguh), memohon doa orang tua itu yang terpenting.
Sebenarnya, apa saja rahasia/kunci sukses Anda?
Rahasia sukses menurut saya adalah taat beribadah, doa restu dari orang tua, berusaha yang terbaik tanpa putus asa, dan selalu berdoa kepada-Nya.
Menurut Anda, apa saja hambatan terbesar di dalam meraih kesuksesan?
Menurut saya hambatannya adalah dari diri sendiri yaitu melawan kemalasan.
Menurut Anda, siapa sajakah orang penting yang berada di balik kesuksesan Anda?
Tentu saja mamak, bapak, dan adik. Mereka yang selalu menguatkan saya, serta keluarga besar. Tak lupa juga teman-teman dekat yang selalu menginspirasi. Saya mendapat pelajaran berharga dari kisah Rasulullah, sehingga saya berusaha meneladani sifat-sifat beliau yang jujur, amanah, fatonah, dan tabligh.
Apa saja kontribusi orang-orang tersebut terhadap kesuksesan Anda?
Mereka mendoakan, memberi motivasi kepada saya untuk mempersiapkan masa depan. Teman-teman di kampus selalu mensupport mimpi2 saya agar kelak menjadi seorang dosen dan peneliti (ilmuwan).
Siapakah guru-guru yang inspiratif nan amat berkesan dan berpengaruh dalam kehidupan Anda sampai saat ini?
Saya mempunyai beberapa inspirator hidup. Pertama adalah Nabi Muhammad, kedua adalah tokoh-tokoh inspiratif seperti mas Anies Baswedan (kakak alumni SMAN 2 Yogyakarta) yang begitu inspiring banget, dan kang Ridwan Kamil yang menjadi figur pemimpin teladan bagi saya. Untuk lainnya, teman- teman semuanya selalu menginspirasi dan memberi saya pelajaran.
Boleh tahu resep Anda di dalam manajemen waktu?
Untuk manajemen waktu adalah hal yang cukup sensitif, hehehe. Saya tidak ada tips khusus, hanya saja ada kebiasaan selalu bawa kertas kecil di saku, sebagai catatan target keseharian saya mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Saya yakin dengan langkah itu saya lebih bisa membuat prioritas kegiatan.
Bila juga aktif di organisasi: Bagaimana strategi Anda di dalam leadership dan organisasi sehingga menjadi orang yang berpengaruh seperti sekarang ini?
Follow your passion and interest. Saya saat ini membatasi organisasi, hanya ikut yang sesuai minat saya dan berguna untuk masa depan, seperti mengikuti UKM Penelitian, Center of Excellent Student, Indonesian Scholars Journal, dll yang intinya di ranah riset, akademik, dan sosial. Saya mendapatkan leadership di sana. Resepnya adalah menjadi orang yang memberi inspirasi, pasti orang-orang di sekitar akan mendapat manfaatnya.
Boleh diceritakan strategi advokasi dan lobi yang efektif menurut Anda?
Menurut saya ya yang kedua belah pihak sama-sama diuntungkan, artinya saling memberi manfaat dan dukungan.
Boleh tahu resep Anda di dalam menyeimbangkan/mengharmoniskan antara studi dengan keluarga?
Menurut saya di tengah kesibukan kuliah, saya juga ada PR untuk melayani orang tua di rumah serta ada untuk masyarakat. Strateginya ya manajemen waktu dan skala prioritas. Tentunya dengan selalu berkomunikasi dengan orang tua tentang aktivitas-aktivitas selama ini.
Apa kesan dan pesan Anda untuk mahasiswa dan pelajar di Indonesia, terutama yang berminat mengikuti jejak Anda?
Menurut saya, menjadi mahasiswa itu patut disyukuri karena masih banyak lho di luar sana yang belum dapat rezeki untuk kuliah. Jadi, aktiflah di organisasi, kuliah dengan baik dan IPK cumlaude, serta jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang). Manfaatkan masa-masa kuliah dengan sebaik-baiknya. Jadilah mahasiswa berprestasi dan memberi manfaat. Karena inilah saat mencari bekal untuk dunia kerja nanti.
Bagaimana rencana, visi, dan misi Anda ke depan?
Saat ini saya berencana untuk lulus S1 dan mempersiapkan master di Utrecht University Belanda dan beasiswa LPDP insyaAllah. Saya akan mengambil master of Human Geography and Planning, Faculty of Geosciences, Utrecht University Netherlands dan melanjutkan doktor. Saya ingin kembali ke Indonesia untuk menjadi dosen geografi kota. Selain itu, saya ingin meningkatkan riset dan publikasi ilmiah, ingin mendirikan perpustakaan dusun yang lebih modern serta terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya dunia pendidikan. Saya insyaAllah akan mendedikasikan ilmu yang saya dapat untuk Indonesia.
Boleh diceritakan, mimpi terbesar yang belum Anda raih namun ingin segera Anda realisasikan?
Studi di Belanda dengan beasiswa LPDP. Saya ingin sekali di masa depan dapat membantu anak-anak yang putus sekolah untuk bisa sekolah lagi sehingga mereka bisa mengenyam pedidikan tinggi, syukur-syukur ke luar negeri. Saya ingin berangkat haji bersama keluarga, aamiin.
Terkait dengan kemajuan bangsa Indonesia, menurut Anda pribadi, bagaimana strategi yang paling efektif di dalam memajukan bangsa ini?
PR terbesar kita adalah memperbaiki kualitas manusianya. Indonesia bangsa yang besar, banyak sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM). Namun yang perlu ditingkatkan adalah kualitas SDM sehingga kita bisa mandiri mengelola kekayaan alam dan menjadi bangsa maju. Caranya adalah dengan pendidikan, membuka akses seluas-luasnya bagi mereka yang di pelosok agar terbuka wawasan dan sekolah tinggi, kemudian kembali ke daerahnya untuk mengabdi.
Categories: Sosok