-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Andrew Tani: Bapak “Corporate Culture” Indonesia
Genius dan energik. Dua kata tersebut sepertinya paling cocok untuk menggambarkan Andrew Emmmanuel Bertuben Tani atau yang lebih dikenal dengan Andrew E. Tani. Seorang pakar pengembangan budaya organisasi yang paling disegani di negeri ini.
Ya, di kalangan praktisi HR, nama Andrew Tani memang sudah tidak asing lagi. Pasalnya, lelaki berdarah Turki-Filipina ini sudah tidak kurang dari empat dekade mendedikasikan hidupnya untuk membantu berderet organisasi yang ingin memperbaiki budaya organisasi. Dari lembaga pemerintahan, organisasi nirlaba, perusahaan multinasional, dan sektor swasta.
Tidak berlebihan jika kata genius sering disematkan kepada Andrew. Bagaimana tidak, beliau dipercaya sebagai konsultan manajemen untuk berderet konglomerasi papan atas di Indonesia sejak masih belia. Tidak mengherankan jika bersama dengan Theodore Permadi Rachmat (CEO Astra International pada masa itu), berhasil menelurkan sebuah paradigma yang kini dikenal dengan Organizing for Business Excellence (ORBEX).
Kini Andrew sudah berusia di atas 63. Namun energi beliau seakan-akan tidak pernah ada habisnya. Beliau masih sangat energik ketika memfasilitasi pelatihan. Pasalnya, beliau sungguh menjiwai dan mencintai apa yang dilakukannya.
Nah. Bagaimana kisah Andrew yang datang dari negeri jiran Filipina namun sukses berkarir di tanah air? Apa saja yang dapat rekan-rekan pelajari dari beliau? Simak nukilan wawancara Kampusgw.com dengan beliau di bawah ini ya.
Siapakah nama Anda?
Saya Andrew Emmanuel Bertuben Tani. Biasanya orang-orang memanggil saya Coach Andrew.
Bisakah Pak Andrew Tani menceritakan latar belakang sekilas?
Saya lahir di Sorsogon, Filipina pada 22 Agustus 1955. Saya merupakan “buah cinta” dari pasangan Jack Tani yang berdarah Turki dengan Salvacion (Bertuben) Tani yang berdarah Filipina.
Saya adalah anak ke-7 dari 12 bersaudara. Orang tua saya jatuh-bangun mencari penghidupan. Oleh karena itu, ayah memasukkan saya untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Filipina yaitu Universitas De La Salle Manila jurusan Manajemen Industri.
Selama kuliah, saya beruntung mendapatkan beasiswa penuh. Pasalnya ketika tamat SMA, saya mendapatkan nilai hampir sempurna. Dari 4 mata pelajaran yang diujikan, 3 di antaranya mendapatkan nilai 100. Hanya satu mata pelajaran yang mendapatkan nilai 98.
Dari ayah saya mendapatkan pelajaran hidup untuk berusaha yang terbaik. Secara alam bawah sadar, itu memengaruhi perjalanan karir saya di kemudian hari.
Ketika Pak Andrew Tani belajar di perguruan tinggi, termasuk tipe mahasiswa yang seperti apakah Anda? Apakah tipe aktivis, kutu buku, ‘anak hedon’ yang sering bersenang-senang ataukah yang suka berbisnis?
Mungkin saya mewarisi darah pengusaha leluhur saya dari garis ayah. Oleh karena itu, selama kuliah saya justru lebih banyak mencoba bisnis. Keahlian menggambar saya misalnya, saya memanfaatkannya untuk berbisnis kaos sablon dengan desain yang saya buat sendiri. Selain itu, saya pernah berbisnis makanan yang dikelola oleh karyawan saya.
Bagaimana dengan perjalanan karir Bapak Andrew Tani sebelum merantau ke Jakarta?
Saya mengawali karir sebagai Analis Industri di Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Manila. Lalu saya dipercaya sebagai Analis Proyek di Ayala Investment & Development Corporation. Kemudian saya mendirikan perusahaan konsultasi bisnis juga di Manila sebelum pindah ke Jakarta.
Saya hanya bertahan dua tahun sebagai karyawan. Karena saya merasa lebih mandiri, leluasa bergerak, dan mendapatkan penghasilan lebih dengan berbisnis sendiri.
Bisnis pertama yang saya upayakan ialah bisnis pelatihan dan konsultasi. Saya bekerjasama dengan berderet lembaga untuk menjual produk pelatihan. Saya sendirilah pelatihnya. Di luar itu, saya memberanikan diri menjadi importir sejumlah produk, salah satunya dari Indonesia.
Mengapa Bapak Andrew Tani memutuskan untuk terjun berkarir di Indonesia?
Pada suatu hari di tahun 1983, saya membuka-buka majalah yang menampilkan sebuah produk minuman dari Norwegia. Kebetulan, saya menyempatkan diri dengan pemiliknya yang ternyata merupakan orang Indonesia. Ketika ia tahu bahwa saya seorang konsultan manajemen di Filipina, ia langsung mengatakan, “Anda harus membantu saya di negeri saya Indonesia”. Jadi, pertemuan tersebut mendorong saya untuk merantau ke Jakarta.
Lantas, secara resmi kapan Bapak Andrew Tani mengadu nasib di Indonesia?
Yang saya ingat, saya datang ke Jakarta untuk pertama kalinya pada tahun 1983 selama dua minggu untuk “mensurvei” dulu ibukota Republik Indonesia ini. Lalu saya balik ke Manila lagi.
Seingat saya mulai Januari 1984 saya tercatat sebagai Konsultan Pengembangan Organisasi Merapi Utama Pharma. Tiga tahun kemudian, saya meluncurkan perusahaan konsultasi bisnis pertama saya di Indonesia dengan nama Optimal Technology Center. Satu dekade selanjutnya saya memakai merek AndrewTani & Co. Tentu itu merupakan terobosan besar untuk mempopulerkan formula solusi manajemen bisnis yang saya temukan yaitu ORBEX.
Awalnya saya tidak berniat untuk menetap. Namun, lama kelamaan saya jatuh cinta dengan Indonesia. Makanannya, keramahan orangnya, dan tak kalah penting, saya ingin membantu pengembangan budaya organisasi di Indonesia.
Bagaimana suka-duka awal Bapak Andrew Tani ketika menginjakkan kaki di Indonesia?
Awalnya saya benar-benar “buta” dengan negeri ini. Waktu itu saya tidak menuturkan bahasanya, tidak mengerti orang-orangnya, dan tidak memiliki sumber daya apapun selain diri saya sendiri sebagai seorang konsultan. Beruntung, tidak lama kemudian saya mendapatkan supir dan sekretaris di waktu yang hampir bersamaan. Selanjutnya, datanglah konsultan pertama, konsultan kedua dan dari sanalah saya mencoba peruntungan. Saya kira saya datang di tempat dan waktu yang tepat. Saya sungguh beruntung dan mensyukurinya.
Bisa diceritakan sepak terjak awal Bapak Andrew Tani di Jakarta?
Awalnya, saya hanya menjadi konsultan tetap untuk suatu perusahaan besar. Namun, tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menjadi pengusaha lagi.
Jadi, selain menjadi konsultan tetap, saya merintis bisnis pelatihan dan konsultasi. Nah, pelatihan yang mulai saya pasarkan di Jakarta ialah Modern Filing System. Pelatihan yang banyak diikuti oleh para sekretaris tersebut begitu “laris-manis”, sehingga tidak hanya menambah portofolio atau jam terbang. Namun juga menjadi wadah untuk memperlancar kemampuan berbahasa Indonesia saya.
Bagaimana kisah awal Bapak Andrew Tani mengembangkan firma konsultasi di Indonesia?
Bisa dikatakan mulus sejak awal bahwa kebanyakan klien mendatangi saya. Karena mereka mendapatkan referensi dari klien yang pernah puas dengan konsultasi saya. Jadi, semacam word-of-mouth marketing.
Pada tahun 1986, saya mendapatkan kontrak pertama di Indonesia dengan nilai yang cukup besar yaitu 50.000 Dolar AS dari sebuah perusahaan migas asing. Di sana, saya menjalankan Supervisory Development Program (SDP) yang di kemudian hari menjadi pelatihan primadona di industri migas. Dari titik itu, berderet klien berdatangan dengan nilai yang beragam.
Bagaimana pesan Bapak Andrew Tani bagi ekspatriat yang ingin “menaklukkan” Jakarta seperti Anda?
Anda harus memiliki tim yang solid. Itulah yang dimaksud dengan integrasi internal. Jika Anda memiliki tim yang solid, mereka dapat menjaga paruh pertama perjuangan untuk bertahan dan menumbuhkan bisnis. Babak kedua adalah kelangsungan hidup eksternal yang berurusan dengan kehendak independen pelanggan, pesaing, pemasok, dan regulator. Anda menciptakan ruang lingkup produk sama pentingnya dengan menemukan pelanggan, dan kemudian membangun dari sana.
Kami mulai dengan grup beraneka ragam yang tidak lebih dari selusin, mengimpor video dari Inggris. Itu adalah produk yang tepat di pasar yang salah karena semuanya dalam bahasa Inggris. Kami mendapatkan kepercayaan untuk menggunakan subtitle, dan begitulah semuanya dimulai. Setelah itu kami mengundang penulis yang ditunjuk untuk seminar lokal, karena kami perlu mempromosikan perusahaan. Kami menggunakan arus kas dari uang hasil seminar untuk mengekspos apa yang kami lakukan. Di situlah integrasi internal masuk, karena banyak orang yang bersama perusahaan sejak awal masih bersama saya hingga saat ini.
Kapan Bapak Andrew Tani mendapatkan momentum yang mendongkrak kepercayaan diri Anda untuk membesarkan AndrewTani & Co?
Kami mendapat terobosan besar pertama kami pada bulan Maret 1988. Saya diundang untuk menggantikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan yang berhalangan hadir sebagai pembicara utama untuk pertemuan tahunan asosiasi nasional para manajer personalia. Saya duduk di baris terakhir di belakang ketika nama saya disebut-sebut sebagai pengganti pembicara utama. Pria di samping saya berkata, “Siapa pria ini? Kami bahkan tidak tahu siapa dia.” Saya berjalan ke depan dengan lutut saya gemetaran. Saya berumur 33 tahun saat itu. Saya pikir saya melakukannya dengan baik, karena hari berikutnya ada di koran, dan saya diundang untuk berbicara di 20 kota selama beberapa minggu berikutnya. Topik saya adalah “budaya perusahaan”, jadi mereka memanggil saya, “Mr. Corporate Culture.”
Kami lalu membantu dua kelompok perusahaan terbesar di Indonesia pada tahun berikutnya, karena mereka berada di acara tersebut. Semuanya dimulai di sana. Kami terus membantu lebih banyak konglomerat milik keluarga Tionghoa. Pada tahun 2001, kami mendapat kesempatan untuk membantu bank plat merah yaitu BNI. CEO-nya melibatkan kami setelah wawancara yang dipicu oleh iklan yang memuji, “Tim sedang bekerja, pasukan berperang”, di koran lokal. Itu adalah BUMN pertama yang percaya kepada layanan kami.
Dari sana, kami mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tender dengan Bank Indonesia, bank sentral negara. Kami dipilih, dan membantu gubernur dari tahun 2003 hingga 2008. Setelah itu datanglah Pertamina.
Perjalanan kami semakin berwarna ketika mulai dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2000an. Selanjutnya, kami membantu beberapa organisasi nirlaba seperti Aisyiyah dan Muslimat Nadhlatul Ulama. Lalu hingga saat ini, datanglah banyak klien dari berbagai sektor industri yang menambah rekam jejak portofolio kami.
Sekarang kami sedang membantu sejumlah BUMN dan perusahaan swasta dalam meningkatkan efektifitas organisasi, khususnya kualitas manajemen, kepemimpinan dan proses mereka. Di luar itu, kami membangun Indonesia People & Organization Development (IPOD) – sebuah komunitas yang mempertemukan para praktisi di bidang pengembangan manusia dan organisasi. Tidak hanya itu, kami pun memimpin gerakan untuk mengukur inersia nasional.
Ngomong-ngomong apa hobi Bapak Andrew Tani?
Di waktu luang saya menyempatkan diri membaca, berenang, bersepeda, tenis dan bulu tangkis. Di luar itu saya bermain musik – khususnya blues dan jazz karena itulah renjana saya. Saya sendiri mulai bermain gitar sejak usia 12 tahun dan membentuk kelompok band pada usia 14 tahun.
Orang-orang besar biasanya berusaha “lebih” daripada kebanyakan orang. Nah, rata-rata berapa jam Bapak Andrew Tani tidur setiap harinya?
Bagi saya istirahat itu sangat penting. Oleh karena itu, saya selalu tidur 8 jam perhari. Hanya kadang-kadang saya rela kerja lebih larut – khususnya ketika mengejar tenggat waktu penyelesaian proyek atau menjelang event besar.
Bagaimana Bapak Andrew Tani mengatur raga agar tetap bugar?
Selain tidur cukup, saya rutin menikmati olahraga setiap hari. Khususnya tenis.
O ya, Bapak Andrew Tani dikenal sebagai kolumnis aktif di Forbes Indonesia. Kabarnya Anda juga pernah menulis buku. Bisa sebutkan buku apa saja yang pernah Anda tulis?
Saya pernah menulis buku berjudul Get Real: Empower the Manager-Leader Within yang diterbitkan oleh McGraw-Hill pada 2001. 15 tahun kemudian saya menulis buku lagi berjudul Getting Real: How Manager-leaders Really Do It.
Bapak Andrew Tani tidak hanya sukses sebagai seorang konsultan manajemen. Namun juga sebagai pebisnis di bidang konsultasi. Nah, apa saran-saran Bapak bagi siapa saja yang ingin mendirikan firma konsultasi?
Tak berbeda dengan bisnis lainnya, intinya harus mampu menciptakan keuntungan. Itu artinya, pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran. Selanjutnya, harus ada kepiawaian untuk menghasilkan profit secara berkelanjutan.
Menurut Bapak Andrew Tani, konsultan yang baik itu seperti apa?
Konsultan yang baik ialah yang mampu menyentuh kehidupan, touch lives. Ini pun pernah saya sampaikan ketika saya diundang berbicara di depan karyawan salah satu firma konsultasi asing ternama.
Mengapa saya katakan demikian? Karena seorang konsultan ketika dipercaya menangani suatu organisasi, ia diberitahu banyak rahasia. Itu mengapa kepercayaan begitu dihargai sedemikian rupa. Intinya, sadarilah sepenuhnya bahwa kita menyentuh kehidupan klien atau mitra.
Bapak Andrew Tani Adalah salah satu konsultan manajemen papan atas Indonesia. Nah, kalau boleh tahu siapakah konsultan yang Bapak anggap sebagai sosok panutan?
Saya sudah lupa namanya. Yang pasti, beliau merupakan seorang konsultan di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Manila. Waktu itu saya berusia kira-kira 30an, sedangkan beliau 60an. Ketika saya tanya, “untuk menjadi konsultan yang baik, apa yang harus saya ingat?” Beliau menjawab, “Constructive fifth column action.”
Dalam konteks perang di masa silam, Fifth Column secara harfiah ialah sekelompok simpatisan rahasia atau pasukan pendukung musuh yang melakukan spionase atau sabotase dalam garis pertahanan. Mereka dikerahkan untuk memobilisasi secara terbuka guna membantu serangan eksternal.
Menurut konsultan kawakan tersebut, konsultan bekerja mirip dengan spionase yang terorganisir namun untuk tujuan yang konstruktif. Tidak lain ialah berupaya sebaik untuk kepentingan organisasi yang ditangani. Intinya, konsultan yang baik itu masuk ke dalam organisasi tapi bukan untuk tujuan menyerbu, melainkan memecahkan masalah mereka.
Bapak Andrew Tani merupakan salah satu konsultan inspiratif di tanah air dengan segudang prestasi. Menurut bapak, karakter apa yang harus dimiliki oleh seorang konsultan?
Karakter yang harus dimilikioleh seorang konsultan ialah dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Oleh karenanya, jadilah dipercaya sedemikian rupa karena klien sudah memberitahu kita secara blak-blakan. Dalam konteks Indonesia, kerendahan hati juga amat diperlukan.
Di luar itu, seorang konsultan harus menyadari bahwa mereka tidak membantu organisasi tertentu untuk selamanya. Karena ukuran terbaik dari kualitas mereka ialah ketika sudah tidak dibutuhkan lagi. Itu artinya, program yang ditangani berhasil.
Tidak lupa saya ingatkan, make yourself dispensable. Karena ketika proyek selesai bukan berarti hubungan kita dengan klien atau organisasi terputus.
Selama puluhan tahun sebagai konsultan manajemen handal, apa suka-suka yang Bapak Andrew Tani rasakan?
Suka kalau orang lain berjabatan tangan dengan saya. Lalu, mereka menatap mata kita dengan ucapan terima kasih. Apalagi yang ditambah dengan linangan air mata. Intinya, saya suka ketika mereka merasakan manfaat dari apa yang saya berikan atau bantu.
Suka kalau anggota tim atau bawahan saya berubah dari yang tidak bisa menjadi bisa. Itu artinya mereka berkembang secara pribadi dan profesional.
Dukanya? Rata-rata konsultan itu dibenci oleh orang-orang yang berpendapat: “Ngapain orang luar? Kami juga bisa kok.” Ya, konsultan pasti ditentang oleh orang-orang yang tidak menginginkan perubahan. Oleh karena itu, kita sering kali dianggap tidak diperlukan di awal. O ya, saya pun berduka ketika melihat bawahan saya tidak berkembang.
Apa pencapaian terbesar dalam sejarah perjalanan karir Bapak Andrew Tani?
Menciptakan paradigma Organizing for Business Excellence (ORBEX) sedemikian rupa. Sebagai informasi, ORBEX merupakan suatu sistim manajemen secara menyeluruh yang mengintegrasikan sisi teknis dan sosial dalam perusahaan. Dalam sistim ini mendayagunakan otak kiri dan kanan secara berimbang. Pasalnya, dalam menjalankan roda organisasi memerlukan elemen manajemen dan kepemimpinan secara bersamaan guna mencapai sasaran. Persis spooring dan balancing dalam kendaraan bermotor.
Saya sungguh bersyukur mengingat ORBEX telah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 40.000 manager-leader. Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi juga oleh ekskutif di negara lainnya. Untuk pencapaian ini, saya berterima kasih kepada mantan CEO Astra International dan pendiri Triputra Group Bapak Theodore Permadi Rachmat yang membantu banyak dalam proses penemuan paradigma tersebut. Khususnya ketika saya dipercaya membantu PT Astra International (1988-1996).
Bagaimana makna kesuksesan dan kebahagiaan di mata Bapak Andrew Tani?
Jika kesuksesan dan kebahagiaan kita rasakan bersamaan, itulah yang disebut dengan keberkahan. Karena ada kemungkinan keduanya tidak terjadi bersamaan, sehingga bisa menurunkan kadar masing-masing. Tak mengherankan jika di sekitar kita banyak orang yang sukses namun tidak bahagia dan sebaliknya. Contentment kita rasakan manakala kesuksesan dan kebahagiaan beriringan.
Orang-orang yang sukses biasanya memiliki mentor. Kalau boleh tahu, siapakah mentor Bapak Andrew Tani?
Saya tidak memiliki mentor khusus. Namun, saya banyak belajar dari pimpinan organisasi yang saya bantu (klien) yaitu para direktur utama.
Kalau boleh tahu, apa panggilan hidup Bapak Andrew Tani?
A blessing to others. Saya ingin menjadi berkah bagi orang lain.
Apa mimpi yang masih hidup Bapak Andrew Tani kejar?
Regenerasi. Mengapa? Karena firma konsultasi yang saya besut, AndrewTani & Co. selama ini bisa berjalan sukses karena masih ada saya. Nah, saya ingin tanpa saya pun, perusahaan ini tetap berjalan. Itu mengapa regenerasi tak terelakkan lagi.
Categories: Sosok