-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Berbagi dengan Peneliti Muda
Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah salah satu kampus terbaik di negeri ini. Kampus yang menjadi tempat belajar para pengusaha papan atas dan pemimpin Indonesia tersebut tak pernah kehilangan pamor. ITB adalah lokomotif dan juga dapat disebut sebagai indikator kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Apakah itu hanya cerita palsu? Ataukah memang itu faktanya? Berikut adalah curahan hati dari Mohammad Ikhsan, Mahasiswa Elektroteknik ITB yang baru saja merampungkan studinya. Sosok yang memiliki kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata ini sedari kecil sudah meraih berbagai penghargaan. Baru-baru ini memenangkan banyak perlombaan di bidang kreatifitas dan penelitian.
Pengalaman di tingkat SD?
Saya menuntut ilmu di Lee Expressive Arts Elementary School di Columbia, Missouri, Amerika Serikat. Saya pernah menjabat di Student Council (semacam organisasi kecil tingkat SD) waktu kelas 4-5. Saya sering terlibat dalam drama tahunan karena memang sekolah untuk expressive arts. Berkat kerja keras, saya mendapatkan penghargaan President’s Award for Outstanding Academic Excellence dari Bill Clinton waktu kelas 5.
Pengalaman di jenjang SMP?
Saya menuntut ilmu jenjang SMP di dua tempat. Gentry Middle School dan Jefferson Junior High School. Disana, saya menjabat di Student Council (semacam OSIS) juga dari kelas 6 – 9. Selain itu masuk organisasi National Junior Honor Society, Foreign Language Club, dan bermain Tenis dan Football America buat sekolah. Berkat ketekunan, saya mendapatkan President’s Award for Outstanding Academic Excellence dari George W. Bush (Kelas 9), Harris Award for Outstanding Student Research (Tingkat State/Provinsi di Missouri), Juara 4 Debat Konstitusi America (tingkat state/provinsi di Missouri) .
Pengalaman di level SMA?
Saya menimba ilmu level SMA di SMA Negeri 5 Bogor, Jawa Barat. Aktif di OSIS dan Futsal/Sepak Bola. Prestasi yan, saya raih antara lain menjadi Delegasi Indonesia dalam the 1st International Science Fair di Thailand (2005).
Pengalaman organisasi yang paling berkesan?
Kalau organisasi yang paling berkesan dan membentuk karakter adalah di Himpunan Mahasiswa Elektroteknik (HME) Institut Teknologi Bandung (ITB). Kenapa berkesan? Saya bertemu dengan banyak keluarga dan teman baru. Kenapa paling membentuk karakter? Saya belajar banyak disana. HME membantu saya dalam memperdalam profesionalitas yaitu Teknik Elektro. Saya belajar banyak tentang organisasi dan bagaimana memimpin orang lain serta dipimpin oleh orang lain selama berkegiatan disana. Saya berlatih berbicara di depan umum (public speaking) dan memperoleh wawasan yang banyak tentang keadaan masyarakat Indonesia melalui kegiatan pengabdian masyarakatnya.
Prestasi paling berharga yang pernah Anda raih?
Kalau dari prestasinya sendiri mungkin tidak ada, tetapi dari pengalaman pada saat memperoleh prestasinya ada. Waktu saya menjadi salah satu delegasi di ITB ke Harvard National Model United Nations (HMUN) di Boston, Amerika Serikat. Yang menginspirasi saya waktu itu bukan lombanya sendiri tetapi kunjungan saya ke MIT (Massachusetts Institute of Technology), salah satu universitas teknik paling baik di dunia. Dari sana, saya mendapat banyak wawasan tentang pengembangan ide, inovasi, dan technologi di negara maju. Selain itu, saya menjadi tertarik untuk kuliah di MIT, terutama di MIT Media Lab.
Bagaimana cara mengatur waktu?
Ketika mengerjakan sesuatu saya fokus pada hal tersebut. Jangan mencoba untuk multitasking (mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan), tidak akan maksimal kerjanya. Yang saya lakukan adalah menjadwalkan kegiatan dan mencoba sebaik mungkin untuk mengikuti jadwal yang sudah saya bentuk itu. Selain itu, saya sering bermain dan beristirahat. 2 kegiatan ini menurut saya sama pentingnya dengan bekerja.
Apa prinsip hidup Anda?
“Have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become” (Milikilah dorongan untuk mengikuti hati dan intuisimu. Mereka telah mengetahui sebenarnya kamu ingin menjadi apa).
Seberapa penting pengalaman organisasi membentuk karakter Anda?
Penting sekali. Saya justru merasa bahwa karakter saya lebih banyak dibentuk ketika saya berorganisasi dan berada diluar ruang kuliah dibandingkan di dalamnya.
Siapakah tokoh idola Anda?
Banyak sekali tokoh yang menginspirasi saya. Namun yang paling menginspirasi saya adalah Steve Jobs, CEO Apple dan Pixar. Khususnya pidato beliau pada tahun 2005 di Standord, silakan lihat: http://www.youtube.com/watch?v=D1R-jKKp3NA
Pengalamana bekerja sambil kuliah?
Saya pernah magang di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan Versatile Silicon pada tingkat 3. Kalau freelance ( kerja lepas) saya sering melakukannya. Saya sering mendapatkan pekerjaan untuk menerjemahkan makalah dari bahasa Indonesia ke Inggris dan sebaliknya. Yang lebih sering lagi adalah pembuatan video. Sejak SMP, memang hobi saya adalah membuat video dan di masa kuliah saya mendapatkan banyak tawaran untuk membuat video baik untuk sebuah acara, profil organisasi, dll. Selain itu, saya juga bergabung dengan Workshop HME ITB. Disana kami mendapatkan banyak proyek yang berkaitan dengan pembuatan produk Elektroteknika.
Pengalaman mendapatkan beasiswa?
Saya pernah mendapatkan beasiswa dari Total E&P, di tingkat 3 dan 4. Tips & trik untuk mendapatkannya adalah jujur dan menjadi diri sendiri ketika tes wawancara.
Apa arti kesuksesan menurut Anda?
Bahagia dengan hidupmu dan bermanfaat untuk orang banyak.
Apa arti kepemimpinan menurut Anda?
A leader is one who can influence others to work together and to work with them to achieve a goal. A good leader is one who can do that and create other leaders in the process. (Seorang pemimpin adalah yang mampu mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna meraih tujuan. Pemimpin baik adalah yang mampu mengerjakan tujuan tersebut dan mampu mencetak pemimpin lainnya dalam proses).
Apa motivasi Anda mengambil jurusan Teknik Elektro?
Sejak kecil saya menyukai permainan (game). Sejak kecil saya bermimpi untuk mampu membuat video game, film animasi, maupun robot. Oleh karena itu, saya memilih masuk Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). Di dalamnya, setelah melalui 1 tahun kuliah, saya memilih Teknik Elektro karena memang sesuai dengan minat saya.
ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia. Apakah kultur akademis disana mempengaruhi perkembangan diri Anda?
Kultur akademis di ITB sangat terasa. Saya ingat dari mulai hari pertama kuliah pun sudah diberikan materi kuliah. Kalau lagi masa kuliah, terutama di masa ujian, terlihat mahasiswa banyak berkumpul di selasar-selasar, belajar bersama. Yang saya rasakan di Teknik Elektro adalah semua berusaha untuk menjadi terbaik, dan ini dilakukan dengan saling membantu satu sama lain, contohnya belajar bersama. Selain itu, suasana akademik lanjut sampai malam bahkan paginya lagi. Di jurusan Teknik Elektro, di himpunan maupun lab-lab, di malam hari sering terlihat mahasiswa yang meneliti atau istilah kami “ngoprek”. Suasana ini masih terjaga sampai saat ini.
Suasana non-akademis di ITB juga terasa, menurut saya, sangat baik. Kami beruntung karena memiliki kampus yang kecil. Dari satu sisi ke sisi gedung lainnya hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mengitarinya. Alhasil, kegiatan mahasiswa terlihat dimana-mana. Waktu saya masih duduk di bangku SMA, saya ingat ada yang mengatakan bahwa mahasiswa “ITB suka ansos”. Tetapi setelah masuk ITB, saya justru lebih sering berkegiatan di luar kegiatan akademis. Saat ini terdapat sekitar 80 unit kegiatan mahasiswa dan sekitar 30 himpunan jurusan. Lebih dari 100 organisasi mahasiswa ini berkegiatan di ITB setiap harinya. Yang paling saya ingat dari kegiatan non-akademis ITB adalah perlombaan olahraga yang digelar sepanjang tahun, baik sepak bola, basket, volley, maupun gabungan semua olahraga di Olimpiade ITB yang digelar setiap 2 tahun sekali. Disitu hampir seluruh massa kampus bergabung untuk mendukung jurusannya masing-masing menjadi juara.
Bagaimana pengalaman Anda mendapatkan penghargaan di Amerika Serikat?
Penghargaan yang saya peroleh dua kali itu adalah President’s Award for Outstanding Academic Excellence. Penghargaan tersebut diberikan untuk siswa dengan prestasi akademik yang baik, siswa yang aktif berorganisasi, selain itu aktif dalam olahraga, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Kesannya, tentunya senang waktu itu. Namun, yang lebih berkesan adalah proses sebelum memperoleh penghargaan tersebut. Salah satu yang paling berkesan, yang masih saya ingat, adalah pembicaraan dengan pasien-pasien di rumah sakit dimana saya ikut terlibat sebagai relawan.
Bagaimana pengalaman keterlibatan Anda dalam PALAPA?
PALAPA adalah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Elektroteknik ITB. Disini, kami membantu menumbuhkan infrastruktur, terutama kelistrikan, di desa-desa yang belum memiliki akses listrik. Program ini sudah berjalan selama 3 tahun lebih. Saya terlibat sebagai anggota tim PALAPA, waktu tingkat dua di bagian tekniknya. Berkontribusi langsung ke masyarakat memberikan pandangan yang berbeda dari biasanya pada saat kuliah. Kita mampu mengetahui bahwa banyak disana yang masih tidak seberuntung kami di ITB dan bahwa kami, sebagai mahasiswa yang diberi kemampuan intelektual lebih oleh Allah SWT, memiliki kewajiban untuk membantu masyarakat yang lebih membutuhkan. Selain itu, salah satu nilai paling penting yang saya peroleh adalah bahwa siapapun dapat melakukan perubahan. Contoh disini, mahasiswa tidak perlu menunggu untuk lulus untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Bagaimana pengalaman Anda dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)?
Topik PIMNAS saya sebenarnya bukan di penelitian, tetapi kami berlima (saya, Intan Indahsari, Panji Bagus Suroaji, Javier Aguston, dan Ibrahim Nurokti Al’Irsyad) ingin membuat sebuah gerakan sosial. Gerakan untuk menunjukkan kemampuan anak bangsa yang sesungguhnya melalui publikasi karya-karya mahasiswa. Program kami adalah Campus Channel (campuschannel.itb.ac.id). Di program ini, mahasiswa-mahasiswa dapat menceritakan karya-karyanya melalui media video dengan mengunggah videonya ke Campus Channel. Kami membantu dalam publikasi dan persebarannya. Diharapkan terjadi aliran pengetahuan tentang karya-karya mahasiswa sehingga masyarakat tahu kemampuan Indonesia yang sesungguhnya. Campus Channel baru diuji di kalangan mahasiswa ITB tetapi kami ingin program ini ditularkan ke seluruh institusi pendidikan di Indonesia dan masyarakat secara umum dengan membuat sebuah channel nasional. Mungkin kampusgw.com mampu membantu, hehe . . .Masalah cobaan dan tantangan yang dihadapi berkaitan dengan masalah menumbuhkan budaya untuk berkarya dan mendokumentasikan karyanya. Disini kami harus bekerja sama dengan banyak mahasiswa lainnya untuk memulai gerakan yang kami usulkan.
Bagaimana pesan-pesan Anda untuk calon mahasiswa yang kurang beruntung secara ekonomi?
Menurut pengalaman yang saya dapatkan terutama di ITB, adalah sebuah pola pikir yang baik. Pola pikir untuk menjadi seorang pemimpin, untuk mejadi seorang pencari solusi, serta menjadi seorang juara. Yang diperoleh dari masa kuliah saya adalah network (jaringan) yang luas, kemampuan organisasi yang baik, serta wawasan yang luas pula. Jika dibandingkan dengan pengalaman saya waktu magang beberapa kali, yang dipikirkan waktu kerja adalah topik-topik seputar kerja itu sendiri sehingga wawasan yang terbentuk seputar itu saja. Jika saya dihadapkan dengan dua pilihan di atas, saya akan memilih kuliah dengan jalur beasiswa. Tetapi itu terserah teman-teman. My advice is, follow your dreams. Jika kamu ingin menjadi seorang dokter, berusaha sekuatnya untuk memperoleh beasiswa kuliah di kedokteran. Namun, jika cita-citamu adalah menjadi seorang pemain bola, misalnya, kuliah bukan tempat untuk kamu tetapi masuk lah ke klub sepakbola yang paling baik yang bisa kalian masuki. Jangan takut dan jangan ragu-ragu untuk memilih. Seperti kata Steve Jobs, “Have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become.”
Categories: Sosok