-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Bijak Memanfaatkan Setiap Kesempatan
Kali ini sahabat Kampusgw.com senang sekali mendapatkan sepenggal cerita dari Tanah Rencong, Aceh. Adalah Dewi Kasniar. Dara kelahiran 4 Agustus 1988 ini tidak pernah bermimpi dan membayangkan dapat berkuliah di universitas negeri yang ada di Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala. Dia juga tidak pernah bermimpi untuk menginjakkan kakinya di tanah Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Simak perjalanannya sampai di tanah ikan paus NTT berikut.
Jika ditanya “mengapa hal tersebut tak terencana?”. Maka gadis dengan senyuman yang dilengkapi lesung di pipinya ini menjawab “karena saya tidak memiliki kemampuan secara finansial untuk pergi ke ibukota provinsi dan kuliah di universitas tersebut. Jangankan bermimpi, membayangkan saja tidak pernah”. Paparnya.
Terluar, Terdepan dan Tertinggal
Gadis yang akrab dipanggil Dewi ini merupakan anak desa daerah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal). Karena kabupaten tempat dia berasal merupakan salah satu kabupaten yang tergolong 3T, maka desanya juga merupakan desa 3T yaitu sebuah desa yang jauh dari ibu kota kabupaten, yang tidak terjamah jaringan telekomunikasi, desa dengan kondisi jalan yang rusak dan transportasi yang minim dan sulit. Selain itu kerusakan dan kesunyian ditambah lagi karena konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kondisi untuk menempuh pendidikan di desa ini sangat sulit apalagi gadis ini hanya berasal dari sebuah keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Ekonomi keluarganya diperoleh dari hasil pertanian. Selain itu lahan pertanian yang digarap bukan merupakan lahan pertanian sendiri melainkan milik orang lain. Ceritanya pada saat dirinya dibangku Sekolah Dasar (SD) untuk mendapatkan uang jajan yang hanya Rp. 500, dia harus menangis dan terkena pukulan dari orang tuanya.
“Mengapa harus dipukul?” pasti timbul pertanyaan dari teman-teman. Dia mendapatkan pukulan karena orang tuanya mengatakan “tidak ada uang jajan”, tetapi gadis ini terus meminta dan meminta serta tidak berhenti menangis agar diberi uang jajan. Akan tetapi lama kelamaan dia menyadari bahwa orang tuanya memang tidak ada uang sehingga agar tidak merasakan sakitnya mendapat pukulan dan menghindari dari pukulan, maka di usianya yang masih kecil dia harus mencuci piring di tempat seorang penjual lontong dan menjual sayuran ke rumah-rumah orang di desa.
Rasa susahnya bekerja dan mendapatkan uang jajan saat itu membuatnya bertekad untuk merubah kehidupan dan tidak ingin menjadi seorang pencuci dan penjual sayuran terus menerus. Karena tekadnya ini, dia mulai belajar dan meminta kepada kedua orang tuanya untuk melanjutkan sekolah. Karena tidak ada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di desa tempat tinggalnya, sehingga dia dititipkan di rumah neneknya. Mulai dari sinilah dia berjuang untuk belajar dengan tekun dan giat selain agar tidak menyia-nyiakan perjuangan orang tuanya untuk menyekolahkannya dan dia juga menyadari bahwa IQ-nya tidak di atas rata-rata.
Selain sekolah dia juga dititipkan pada sebuah dayah (pesantren) di desa neneknya. Sehingga kegiatannya hanya belajar di sekolah, mengaji di dayah dan jarang bermain. Kegiatan belajar yang dilakukannya ternyata membuat dirinya dianggap aneh oleh teman-temannya. Banyak teman-teman yang mengatakan bahwa dia tidak normal, tidak seperti anak lainnya. Namun pada saat itu dia hanya berpikir kalau dia harus sukses, tidak mau hanya “mencuci piring”. Berkat ketekunannya ini, dia menjadi juara umum di SMP dan mendapatkan bantuan dana sekolah dan beasiswa prestasi meskipun dia hanya seorang siswa perempuan kucel, tidak menarik dan kadang terlambat ke sekolah karena gangguan sepedanya.
Mendapatkan Beasiswa
Bantuan dana dan beasiswa tersebut dia gunakan untuk membayar uang sekolah, uang jajan dan selebihnya ditabung. Sehingga gadis ini tidak terlalu merepotkan kedua orang tuanya. Pemikirannya pun menjadi berkembang bahwa untuk mendapatkan uang jajan dia tidak harus bekerja dengan penjual lontong tetapi dapat diperoleh dengan belajar sehingga diapun melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ada satu ungkapan yang pernah didengarnya dari seseorang saat perempuan ini ingin melanjutkan pendidikannya di SMA yaitu “ambillah dan ikutilah setiap peluang yang ada, soal dapat atau tidaknya peluang itu adalah urusan Tuhan”. Ungkapan ini membuat dirinya berubah menjadi penggila kegiatan sehingga dia mengikuti apa saja yang diadakan di sekolah baik itu OSIS, ROHIS, lomba membuat karya ilmiah walaupun tidak mengerti apa itu karya ilmiah, program beasiswa dan lomba yang diadakan pada program beasiswa.
Meskipun di SMA dia tidak menjadi juara umum, namun dia tetap mendapatkan bantuan dana pendidikan untuk membayar uang sekolah dan lolos untuk beasiswa prestasi dari Putera Sampoerna Foundation yang jumlahnya lumayan besar. Beasiswa tersebut ternyata membuka jalan bagi dara yang sering di sapa Dewi ini untuk melanjutkan kuliah di kampus yang ada di Indonesia. Awalnya dia ingin melanjutkan pendidikannya di luar aceh, namun orang tuanya tidak mengijinkannya sehingga dia mengambil kuliah di Universitas Syiah Kuala tanpa tes (jalur USMU) dan masuk pada jurusan pilihan utamanya yaitu jurusan Pendidikan Kimia.
Hari demi hari dilaluinya dengan belajar sesuai jumlah SKS yang diambil pada program studi tersebut. Dalam menjalani hari-hari itu hanya satu yang diingatnya yaitu tidak ingin menjadi tukang pencuci piring dan dia harus melihat dan mengikuti setiap peluang yang ada. Ungkapan dari seseorang tersebut terus diamalkannya, sehingga gadis ini menjadi penggila kegiatan kampus. Dia mengikuti apa saja yang ada diadakan di kampus.
Memaksimalkan Segala Kesempatan yang Ada di Depan Mata
Ketika himpunan di prodinya membutuhkan anggota untuk membantu himpunan maka diapun bergabung menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA). Ketika jurusannya membuka kesempatan bagi mahasiswanya untuk menjadi asisten di Laboratorium Kimia maka diapun mengikuti tesnya. Ketika dalam organisasai PMI merekrut anggota baru diapun bergabung dengan organisasi tersebut. Ketika dibuka lowongan kerja untuk menjaga toko penjual pulsa di dekat kampusnya maka diapun mendaftar pada lowongan tersebut. Ketika dibuka lowongan untuk guru TK dan SD, diapun mendaftar dan mengikuti seleksinya dan ketika di bimbel diperlukan tentor pelajaran kimia dia juga mendaftar dan mengikuti tesnya.
Apalagi ketika ada seleksi untuk mendapatkan beasiswa, maka gadis ini tidak akan ketinggalan untuk mengikutinya. Berkat kegiatannya itu gadis ini dapat membiayai uang kuliahnya sendiri, memenuhi kebutuhan hidupnya di perantauan dan membeli barang-barang yang dia inginkan serta tidak begitu menyulitkan kedua orang tuanya. Orang tuanya hanya memikirkan uang sewa kos-kosan. Hal membanggakan pada saat ini adalah dapat menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu dengan nilai yang sangat memuaskan.
Jika dia ditanya apa yang dirasakan saat melakukan dan mengikuti semua kegiatan tersebut maka satu jawaban yang keluar dari mulutnya yaitu “menyenangkan dan banyak pengalaman, banyak perasaan senangnya dari pada sedihnya”. Namun ditegaskannya lagi bahwa hanya sedikit kesedihan yang dia alami jika dibandingkan rasa bahagianya. Ungkapnya kemudian,“sedihnya mungkin kita merasakan sangat kelelahan, tidur yang tak cukup dan bermain yang kurang. Pernah saya menangis ketika harus berlari dari toko ponsel ke kampusnya karena takut terlambat dan kembali lagi ke toko serta pulang ke kos pada saat adzan Maghrib berkumandang. Pernah juga saya menangis ketika kerasnya proses DIKLATSAR yang diadakan oleh senior KSR-PMI. Pernah juga sepertinya saya menangis saat mata ini bak tinggal 1 watt lagi yang tidak bisa ditahan karena kantuk dan lelah untuk mengerjakan tugas dari kampunyas. Namun kesedihan itu tidak ada nilainya dan masih lebih sedih jika seorang Dewi dengan tampang pas-pasan ini tidak lulus, tidak menang dan tidak dapat bergabung dengan organisasi yang ingin diikutinya”. Akan tetapi kesedihan karena tidak menang ketika mengikuti lomba, tidak lulus mengisi lowongan pekerjaan, tidak lolos untuk masuk dalam sebuah organisasi dan komunitas dapat teratasi dengan melihat peluang dan kesempatan lain yang ada di depan mata. Ungkapan untuk mengikuti setiap peluang yang ada dijalaninya sampai sekarang.
Meskipun banyak yang dia kerjakan, dia tetap dapat menyelesaikan pendidikannya di Program Studi Pendidikan Kimia Unsyiah dengan tepat waktu dan dengan nilai yang sangat memuaskan. Ini meruapakan salah satu kebanggakan baginya. Jadi jika melihat inti dari cerita ini menurutnya isu bahwa banyak kegiatan di luar kampus dan ikut organisasi di luar organisasi yang ada di jurusan dan kampus akan menghambat proses perkuliahan, menurunkan nilai dan menyebabkan seorang mahasiswa untuk di Drop Out (DO) adalah salah dan tidak benar. Contohnya saja Dewi ini. Meskipun banyak mengikuti kegiatan tetapi nilai akademiknya tetap bagus dan kuliahnya selesai dengan tepat waktu. Menurutnya banyaknya kegiatan tidak merugikan melainkan dapat menghasilkan manfaat. Oleh karenanya kegiatan apapun itu jika bermanffat dan positif ikutilah, namun kita harus pandai dalam mengelola waktunya. Jika kita tidak mengambil setiap peluang yang ada maka yakinlah kita tidak akan pernah merasakan sukses dan akan tertinggal dengan teman-teman kita lain. Bahkan menurut Dewi kebahagiaan saat kita mendapatkan sebuah peluang yang kita ikuti tidak dapat dibayar dengan apapun dan hanya kita sendiri yang merasakannya.
Karena peluang-peluang yang dia ikuti itulah, dia mendapatkan banyak pengalaman baik itu pengalaman sedih dan senang seperti menggalang dana untuk korban bencana, melakukan kegiatan tingkat daerah maupun nasional, pelatihan gratis dan pergi ke tempat wisata yang ada di daerah dengan gratis.
Dewi memang pergi ke Nusa Tenggara Timur dengan gratis. Suatu tempat yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Suatu tempat yang dia tidak diketahui sebelumnya. Pengalaman ini membuatnya mendapatkan informasi daerah yang penuh dengan tempat wisata, kebudayaan penangkapan ikan paus, pesta kacang, serta membawanya ke Danau Kelimutu dan Pulau Komodo yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Selain itu, mengikuti peluang yang ada membuat seorang Dewi mendapatkan beasiswa kuliah untuk program profesinya. Saat ini dia juga akan mengikuti proses seleksi beasiswa S2 program Afirmasi dari LPDP. Mohon doanya agar lolos seleksi ini.
Pesannya bagi para remaja dan pemuda bahwa mengikuti kegiatan dan peluang yang ada itu menyenangkan. Selain dapat menguji kemampuan dan keberanian, juga dapat menambah pengalaman dan menghasilkan uang jajan. Selain itu banyaknya kegiatan tidak akan membuatmu menjadi lambat dan tertinggal, apalagi DO.
Peluang yang positif akan menghasilkan dampak yang positif. Melalui peluang ini kita dapat belajar bagaimana dan apa yang seharusnya kita lakukan. Kita juga bisa meminta bantuan dan berbagi informasi pada kakak-kakak dari kegiatan yang kita ikuti yang juga dapat membantu kita membuat, mengerjakan dan menyelesaikan tugas kuliah. Bahkan kita juga dapat menghasilkan uang jajan sendiri tanpa harus meminta lagi dengan kedua orang tua. Oleh karena itu amalkanlah apa yang gadis ini amalkan yaitu “ikutlah pada setiap peluang dan kesempatan yang ada”. Karena kamu pasti akan merasakan kebahagian yang Dewi rasakan. Bahkan kamu tidak akan mengenal yang namanya kata bosan karena tidak ada kegiatan. Selamat mencoba.
Categories: Sosok