-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Gustav Aulia: Lulusan TI yang “Berkilau” Di Bidang Penyiaran
Sukses ialah mendapatkan apa yang kita inginkan. Sedangkan bahagia ialah menginginkan apa yang kita dapatkan. Benarkah demikian?
Apapun pendapat Anda, setiap orang di dunia pasti mendambakan kesuksesan dan kebahagiaan yang hakiki. Itu semua tercermin dari apa yang kita kejar dari waktu ke waktu.
Jika dicari muaranya, sukses dan bahagia datang ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Entah karena memberi, menolong, melayani, atau memecahkan masalah mereka.
Filosofi di atas sejalan dengan prinsip hidup Gustav Aulia. Seorang pria yang dikenal publik sebagai pembawa acara berita. Seorang individu yang belakangan getol mengajarkan ilmu hingga mengembangkan bisnis.
Gustav Aulia ialah lulusan Teknologi Informasi (TI). Sebuah bidang yang tidak langsung ada hubungannya dengan penyiaran. Nah, bagaimana mungkin sarjana di bidang TI bisa sukses di ranah penyiaran? Apa saja suka-duka bekerja di bidang tersebut? Dan bagaimana teman-teman Kampusgw.com bisa belajar dari kisah hidupnya? Simak nukilan wawancara berikut.
Pak Gustav, Sibuk apa sekarang?
Mengelola Gustav Aulia Private Presenting Course. Sebuah sekolah presenter bagi calon presenter maupun presenter yang ingin meningkatkan kapabilitasnya. Di luar itu, menjadi konsultan di salah satu kementerian dan mengajar di London School of Public Relations (LSPR) untuk bidang jurnalistik dan penyiaran.
Ngomong-ngomong, apa cita-cita Anda di masa kecil?
Ibu saya seorang perawat ya. Jadi, waktu kecil saya sudah terbiasa bertemu dengan dokter di rumah sakit. Itu mengapa cita-cita awal saya menjadi dokter.
Apa panggilan hidup Anda?
Panggilan hidup? Baru kepikiran sekarang. Namun yang pasti bagaimana caranya saya bisa bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang.
Kapan Anda menemukan panggilan hidup?
Tidak tahu pasti. Namun yang jelas panggilan itu ada ketika mulai bekerja di bidang jurnalistik. Saya jadi mulai peka terhadap segala situasi atau kondisi di dunia sekitar. Dari situ, terdorong untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
Apa profesi yang pernah Anda lakukan?
Saya pernah menjadi komentator bola, pembawa acara olahraga, pembawa acara berita hingga menjadi pendidik seperti sekarang.
Apa suka duka sebagai pembawa acara berita?
Sukanya ya tidak pernah bosan. Karena setiap hari berada dalam situasi berbeda. Bertemu banyak orang dengan berbagai karakter. Peka terhadap berbagai peristiwa. Hingga menjadi orang pertama yang tahu peristiwa untuk disampaikan kepada publik.
Dukanya? Lelah. Karena banyak waktu tersedia untuk pekerjaan. Kehidupan sosial agak sedikit tersisihkan. Lantaran sebagaian besar waktu untuk bekerja. Menjadi presenter atau wartawan memerlukan waktu panjang setiap harinya.
Apa pengalaman paling berkesan selama menjadi pembawa acara berita?
Berkesan? Banyak sekali. Tapi mungkin yang paling berkesan adalah melihat langsung peristiwa dan dampaknya. Misalnya bencana alam, gempa, gunung meletus, banjir. Dampak seperti korban, bangunan yang rusak, hingga menderitanya warga. Itu buat saya berguna sekali. Masing-masing peristiwa kesannya sangat mendalam.
Sejak kapan menekuni bidang penyiaran?
News anchor mulai 2005. Tapi sebenarnya sejak 2003 telah menjadi penyiar kontrak juga di RCTI. Baru menjadi karyawan tetap setelah diangkat sebagai News Anchor. Tawaran MC muncul ketika telah menjadi News Anchor.
Apa motivasi menjadi penyiar?
Motivasi menjadi News Anchor ya bagaimana cara agar setiap pesan yang ada dalam berita dapat dipahami pemirsa. Bukan supaya terkenal, kelihatan cakap/gagah di depan orang. Tapi bagaimana ketika siaran, maka otomatis pemirsa mengerti apa yang saya sampaikan, dapat manfaatnya, merancang strategi hingga antisipasi ke depannya berdasarkan berita.
Kalau pengalaman terbaik selama menjadi penyiar?
Terpilih menjadi reporter di liputan haji 2012. Waktu itu saya belum injak 30 tahun, namun diberi amanah liputan sekaligus berhaji. Anugerah Allah.
Siapa teladan di bidang penyiaran?
Banyak belajar dari banyak orang. Saya tak ingin menjadi A atau B. Masing-masing dari mereka ada kekurangannya juga. Jadi saya fokus mengambil kelebihan dari mereka. Karena saya banyak kurangnya juga, maka saya terus belajar dan menemukan hal baru di setiap siaran.
Berapa jam rata-rata Anda tidur?
Tidur rata-rata sama dengan orang pada umumnya. Setelah siaran tidur, shalat subuh, tidur lagi kalau ada waktu. Jadi Jam 9 atau 10 malam tidur. Tak ada yang istimewa.
Apa kegiatan di waktu luang?
Kegiatan di waktu luang untuk keluarga, main dengan anak, ngobrol, belajar sesuatu bareng-bareng. Sekarang dimudahkan dengan internet, jadi waktu luang dimanfaatkan untuk riset atau belajal hal-hal baru. Terus update di internet melalui banyak hal. Tak hanya yang serius, tapi hal yang biasa juga termasuk life style.
Apa passion Anda?
Selalu ingin menjadi presenter. Setelah resign dari RCTI, selalu punya keinginan untuk berbagai. Mudah-mudahan tercapai di stasiun mana, atau punya stasiun TV sendiri. Amin. Saya suka siaran, karena seolah-olah menjadi penyampai sebuah ide atau inspirasi bagi banyak orang.
Kapan Anda menemukan passion?
Seiring menjadi presenter. Tak tahu pastinya kapan. Mungkin ketika lama-lama siaran, akhirnya suka atau jatuh cinta. Karena latar belakang kuliah saya di teknologi informasi, yang tak ada hubungannya dengan komunikasi secara teknis.
Bagaimana Anda melihat diri sendiri 5,10, atau 25 tahun ke depan?
Saya bukan ambisius. Target ada, tapi tak terlalu ambisi. Saya sadar ada masanya orang ada di atas, ada di bawah. Ada kalanya berhasil, ada waktunya jatuh juga. Fokusnya bukan tahun, tapi tiap hari ingin menjadi orang yang lebih baik. Tiap waktu punya kesempatan untuk memberi manfaat kepada orang. Intinya, ingin lebih baik dari waktu sebelumnya.
Siapa orang yang paling berpengaruh dalam hidup Anda?
Saya punya idola yang menjadi ukuran harus bagaimana dalam mengarungi hidup yaitu Rasullah, Muhammad SAW. Jadi, saya termotivasi untuk menjadi orang baik seperti beliau.Perjuangannya, pengambilan keputusannya, hingga tindakannya. Kadang-kadang saya membandingkan, saya harus ngapain? Sekarang harus apa? Berdasarkan pencapaian beliau.
Apakah Anda pernah mengalami titik balik dalam hidup?
Cukup banyak perubahan besar dalam pola pikir sepulang dari ibadah haji. Pola pikir, sudut pandang dan cara hidup itu titik baliknya pada ibadah haji. Mengurangi ambisi, nggak terlalu ngoyo bahwa kita harus hebat atau yang terbaik atau harus sukses atau kaya. Bahwa sebenarnya apa yang kita dapat di dunia ujung-ujungnya menjadi tanah. Setiap orang punya rezeki masing-masing. Mau mengumpulkan berapa banyak harta pun, kelak akan ditinggalkan juga.
Kalau mentor berbicara?
Saya belajar dari siapa saja. Siswa, mahasiswa, orang yang saya temui, hingga narasumber. Karena kita bisa memperbaiki diri sendiri karena bercermin setelah melihat orang.
Pembawa acara berita yang baik itu seperti apa menurut Anda?
Yang fokus terhadap pesannya. Jadi kalau siaran nyampe nggak? Dimengeri nggak oleh pemirsa? Hasilnya dikenal orang atau menjadi public figure itu efek samping bukan tujuan utama.
Apa arti kesuksesan menurut Anda?
Semakin banyak dan besar manfaatnya kepada orang. Selama itu belum berhasil, maka saya belum sukses. Saya sekarang belum merasa sukses, masih mengejar kesuksesan itu. Tapi, rasanya saya memang tak pernah sukses. Oleh karena itu terus mengejar supaya bisa bermanfaat atau berguna bagi orang.
Bagaimana Anda mengartikan kebahagiaan?
Kalau orang lain bahagia karena kita, kita pasti bahagia. Kalau sudah punya keluarga atau anak, biasanya sudut pandang berubah juga. Kalau ada anak, bangga ketika nilai bagus. Setiap fase berbeda konteksnya. Tapi ketika kita bisa membuat orang lain bahagia, kita bisa menjadi bahagia secara langsung maupun tidak langsung.
Pertanyaan terakhir, pesan untuk sahabat Kampusgw.com yang ingin menjadi pembawa acara berita?
Mulailah untuk melihat dan menemukenali diri anda itu siapa, dan mau dibawa kemana hidup Anda ke depannya. Kalau anda ingin masuk TV atau terkenal, atau hanya ingin menunjukkan kepada orang lain siapa diri anda; maka itu dasar atau alasan yang salah untuk mulai pekerjaan ini. Mulailah karena niat bahwa menjadi presenter itu biar bisa bermanfaat bagi orang lain.Menjadi penyampai pesan, menjadi orang pertama yang tahu peristiwa, bisa antisiasi dalam waktu dekat maupun jangka panjang. Sehingga ketika sudah datang kesempatan itu, pasti mudah. Suaranya pasti lebih punya karakter, punya kharisma ketika menyampaikan dari hati. Bukan karena ingin hebat atau terkenal di mata orang.
Sumber gambar: http://gustavauliacourse.com/
Categories: Sosok