-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Apa dan Siapa Duta Wisata? Mengenal Lebih Dekat Agung Setiyo Wibowo: Penulis Buku The Ambassadors’ Journey
Duta wisata. Apa yang teman-teman pernah dengar mengenail hal itu? Mungkin pikiran teman-teman langsung mengarah pada sepasang muda-mudi yang sering kali menghadiri acara seremonial pemerintah.
Lantas, siapa saja sih duta wisata? Bagaimana eksistensi mereka? Apa saja yang mereka lakukan? Mengapa generasi muda perlu mengetahuinya? Dan apa saja serba-serbi duta wisata yang mungkin belum pernah terdengar public?
Sosok kita kali ini ialah Mas Agung Setiyo Wibowo. Seorang “alumni” duta wisata di salah satu kabupaten di Jawa Timur. Baru-baru ini ia meluncurkan buku The Ambassadors’ Journey: Cerita Saya dan Para Jebolan Duta Wisata se-Indonesia.
Wah wah wah . . . penasaran kan? Langsung saja yuk. Kita cari tahu mengenai buku pertama dan satu-satunya di Indonesia yang membahas serba-serbi duta wisata.
Siapa nama lengkap Anda?
Apa kesibukan Anda saat ini?
Saat ini saya berprofesi sebagai Content Specialist & Trainer di salah satu perusahaan multinasional. Di luar itu, saya merupakan seorang penulis, pengajar, konsultan dan pembicara publik.
Menurut Anda, siapa sih duta wisata itu?
Ehmmm, it’s such a tricky question. Sebenarnya sejauh ini belum ada definisi baku yang disepakati. Karena setiap orang, setiap warga Negara sejatinya bisa menjadi seorang duta wisata secara informal dengan caranya masing-masing. Bukankah kewajiban warga negara yang baik mendukung kebijakan yang digalakkan pemerintah? Namun jika yang dimaksud duta wisata secara resmi, maka menurut saya ialah siapa saja yang dipilih oleh pemerintah kota/kabupaten/provinsi untuk membantu mempromosikan potensi pariwisata, budaya, ekonomi hingga investasi setelah memenangkan kompetisi ajang pemilihan duta wisata para periode tertentu.
Sejak kapan ajang pemilihan duta wisata pertama kali dilakukan?
Sudah sejak puluhan tahun yang lalu sih. Diawali oleh pemilihan None Jakarta pada tahun 1960an kalau saya tidak salah. Dulu memang hanya perempuan yang dilibatkan untuk menjadi seorang duta. Dalam perkembangannya, pemerintah DKI waktu itu memutuskan untuk memasukkan laki-laki juga. Jadi, duta wisata sejak itu selalu sepasang: laki-laki dan perempuan. Gebrakan DKI Jakarta dengan Abang-None di kemudian hari diikuti oleh provinsi lain di seluruh Indonesia hingga sekarang.
Siapa sih otoritas yang berwenang mengadakan pemilihan duta wisata?
Yang jelas dinas yang berkaitan dengan pariwisata dan budaya. Untuk nama dinasnya menyesuaikan dengan kabupaten/kota/provinsi masing-masing. Namun biasanya memang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Apakah Anda pernah mengikuti pemilihan duta wisata? Jika ya, di mana dan kapan?
Tahun 2007 di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Di daerah asal saya kontesnya dikenal dengan Pemilihan Duta Wisata Bagus-Dyah.
Apa yang Anda pelajari selama mengikuti ajang pemilihan duta wisata?
Banyak sekali. Dari A ke Z pokoknya. Mulai dari pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah, kebudayaan, dan potensi pariwisata daerah sendiri. Sampai keterampilan berkomunikasi, makeup, grooming, marketing, antinarkoba, dan softskills secara umum.
Ehmmm, begitu kompetitif ya?
Tentu. Terlebih lagi bagi generasi millennial dewasa ini. Ketika makin banyak generasi muda ingin unjuk gigi. Ajang pemilihan duta wisata tidak hanya membantu mereka untuk eksis, namun juga mengasah kemampuan untuk berprestasi. So, wajar saja kalau memang sangat ketat.
Apa pengalaman paling mengesankan selama mengikuti pemilihan duta wisata?
Mewakili Kabupaten Magetan dalam ajang Pemilihan Duta Wisata Raka-Raki Provinsi Jawa Timur Tahun 2008. Saya sebut mengesankan karena membuat saya tertantang sekaligus bangga bisa mewakili daerah sendiri. Bertemu dengan duta wisata dari seluruh pelosok Jawa Timur. Dan tentunya exposure yang cukup tinggi di media. Seringkali saya tiba-tiba dipanggil oleh orang yang belum pernah saya kenal. Rupanya mereka mengetahui diri saya dari media karena pemilihan duta wisata tadi.
Seberapa signifikan pengalaman sebagai duta wisata mendukung karir Anda saat ini?
Bisa dikatakan sangat signifikan. Entah kenapa sejak tergabung dalam jaringan duta wisata, kepercayaan diri saya meningkat. Dimulai dari mendapatkan beasiswa penuh untuk jenjang S1 hingga S2, hingga prestasi non-akademik lain yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Ngomong-ngomong, bagaimana dengan komunitas duta wisata?
Wah, sangat aktif dong. Hampir di setiap kabupaten/kota dan provinsi ada paguyubannya. Jadi, semacam forum atau perkumpulan para duta wisata terpilih. Biasanya mereka sering mengadakan berderet kegiatan. Tidak jarang, paguyuban tersebut saling mengundang duta wisata dari daerah lain ketika pemilihan duta wisata dan sebaliknya. Di tingkat nasional ada wadah bernama Ikatan Duta Pariwisata dan Budaya Indonesia (IDBUDPARINDO) dan Asosiasi Duta Wisata Indonesia (ADWINDO).
Menurut Anda pribadi, bagaimana respon pemerintah, publik, media, dan swasta dengan keberadaan duta wisata?
Sudah cukup baik sih kalau menurut saya. Namun masih sangat bisa untuk ditingkatkan awareness mereka. Selama ini jujur saja masih ada stigma tertentu yang kurang baik. Misalnya, masyarakat masih ada yang menganggap bahwa duta wisata hanya “nampang” seperti membawa nampan atau menemani pejabat ketika ada acara. Padahal, lebih dari itu. Mereka di paguyuban masing-masing sangat aktif mengadakan kegiatan. Jadi, salah besar jika menganggap mereka pasif. Mereka kan anak-anak pilihan. Tapi memang harus diakui bahwa semua bergantung pada individunya ya. Kita tidak bisa menghakimi secara keseluruhan. Kita ambil aja sisi positifnya.
Bagaimana animo generasi muda dalam mengikuti ajang pemilihan duta wisata?
Luar biasa. Sepengetahuan saya, animo generasi muda sangat besar ya. Terlebih lagi sejak booming internet, makin banyak anak muda yang tertarik untuk menjadi seorang duta wisata karena mengetahui eksistensi kakak-kakakknya di dunia nyata maupun maya. Mereka sangat aktif. Buktinya, peserta pemilihan duta wisata tidak hanya pelajar SMA dan mahasiswa saja. Namun juga para professional atau pebisnis yang sudah lulus dari jenjang pendidikan.
Dengar-dengar, Anda baru-baru ini menerbitkan buku mengenai duta wisata ya. Jika ya, apa judulnya? Dan apa saja yang dibahas di buku tersebut?
Buku tersebut merupakan refleksi saya sebelum, selama, dan setelah menjadi duta wisata. Juga menceritakan pengalaman teman-teman duta wisata dari seluruh Indonesia karena sebelumnya saya mewawancarai mereka secara langsung maupun melalui survei. Para alumni duta wisata inspiratif lintas generasi dan daerah pun turut menjadi daya tarik buku itu. Tidak ketinggalan, tips dan trik serta pesan-pesan kepada adik-adik calon duta wisata di seluruh Indonesia. Judulnya The Ambassadors’ Journey: Cerita Saya dan Para Jebolan Duta Wisata se-Indonesia.
Apa harapan Anda selaku “alumni” duta wisata terhadap generasi muda di tanah air?
Bersikaplah terbuka dalam hal apa saja. Termasuk dengan pemilihan duta wisata. Tidak ada salahnya mengikuti ajang ini karena tidak hanya membuat kita mengenali Indonesia (khususnya daerah masing-masing) lebih dekat. Namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan diri. Hampir tidak ada sisi negatif dari duta wisata. So, mari kita dukung mereka.
Apa pesan-pesan Anda bagi adik-adik yang ingin mengikuti ajang pemilihan duta wisata?
Mengikuti ajang pemilihan duta wisata bukan serta-merta untuk menang atau mendapatkan gelar dan “selempang kebesaran”. Karena bukan tentang siapa yang akan menjadi terbaik. Namun, lebih penting lagi menjadi diri sendiri dengan lebih baik. Bukan tentang mengalahkan orang lain. Namun, tentang memperbaiki atau memantaskan diri sendiri. Intinya bukan tentang siapa yang kalah atau menang. Namun, tentang perjalanan mengenal dan menjadi diri sendiri. So, ikutilah ajang pemilihan duta wisata jika kamu ingin mengenal daerah sendiri dan membantu pemerintah memajukan pariwisata. Jika kelak terpilih, lakukan tugas sebaik mungkin. Inshaallah, kelak akan mendapatkan manfaat yang tak diduga-duga.
Categories: Sosok