-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Jadi, kamu mau jadi coach? MNF. Prasetyo: Menemukan Renjana di Dunia Coaching
Memilih profesi tidaklah semudah memilih kostum pesta, menu makan siang, atau destinasi pelesiran. Ia tidak kalah sulit dengan memilih jurusan kuliah dan pasangan hidup. Pasalnya, profesi erat kaitannya dengan minat, bakat, passion, hingga panggilan hidup.
Coach merupakan salah satu profesi yang belakangan populer. Dulu mungkin hanya dikenal Coach untuk kalangan atlet nasional. Namun, dewasa ini sudah hampir semua bidang membutuhkan Coach handal untuk membantu permasalahan klien. Mulai dari Coach bisnis, pendidikan, kesehatan, kepribadian, hingga kehidupan secara holistik.
Sebagaimana profesi lainnya, profesi Coach memiliki seluk beluk tersendiri. Mulai dari kompetensi, karakteristik yang harus dimiliki, hingga tantangan yang mengiringi. Nah, kali ini Kampusgw.com berkesempatan mewawancarai salah satu Coach yang tengah “naik daun” bernama MNF. Prasetyo. Bagaimana sih suka-duka Coach asal Yogyakarta tersebut menjalani hari-harinya? Simak saja nukilan wawancaranya berikut.
Siapa nama lengkap Anda?
Apa kesibukan Anda sehari-hari?
Saya Life, Business & Corporate Coach yang meng-coaching individu, student, UMKM, sosialita, dan executive.
Bisa diceritakan latar belakang pendidikan Anda?
S1 Ekonomi Manajemen Universitas Jenderal Soedirman
S2 Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada
Anda dikenal sebagai salah satu Coach kenamaan ya. Bisa dijelaskan kepada Sahabat Kampusgw.com apa sih sebenarnya Coach itu?
Coaching menurut International Coach Federation (ICF) adalah hubungan kemitraan individu melalui proses kreatif yang ditujukan untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional dirinya. Nah Coach itu adalah orang yang melakukan coaching. Untuk menjadi Coach profesional perlu memiliki 11 kompetensi dan mengikuti program pelatihan Professional Coach Certification Program (PCCP) yang diselenggarakan Coaching Indonesia, seperti acara PCCP yang akan diselenggarakan di Yogyakarta tanggal 24-26 Maret 2017.
Banyak orang awam di luar sana yang sulit membedakan antara Coach, Mentor, dan Counselor. Bagaimana pandangan Anda?
Coach adalah orang yang melakukan coaching. Coach lebih banyak memfasilitasi coachee atau klien. Coach tidak harus ahli dengan materi yang di-coaching-kan kepada coachee. Coach perlu fokus, mendengarkan dan menggali potensi coachee. Coaching merupakan alur pembicaraan saat ini ke masa depan. Coaching bisa dilakukan pada banyak area seperti yang pertama life coaching yang berkaitan dengan personal seperti kesehatan, karir, rumah tangga, karakter. Kedua business coaching yang berkaitan dengan bisnis seperti UMKM, bagaimana cara mengelola dll. Ketiga corporate coaching, yang berkaitan dengan goal, budaya, performance atau kinerja perusahaan dll. Keempat executive coaching, coaching ini lebih kepada level manajerial perusahaan dimana permintaan coaching biasanya datang dari komisaris atau direksi.
Mentor merupakan orang yang melakukan mentoring. Mentor harus ahli dan mempunyai pengalaman dengan materi yang di-mentoring-kan. Biasanya mentor dilakukan untuk level organisasi dan korporasi untuk supervisor, manajer, pimpinan perusahaan, hingga kepada karyawan yang baru masuk kerja. Bisa juga untuk para enterpreneur yang punya pengalaman melakukan bisnis kemudian menjadi mentor pada enterpreneur muda.
Adapaun Counselor adalah orang yang melakukan counseling. Counseling terjadi bila terdapat kondisi emosional yang terjadi pada masa lalu sehingga klien belum bisa move on dari kondisi yang terjadi saat ini. Counseling dalam bahasa saya sama dengan terapi, di mana alur pembicaraannya adalah masa lalu ke masa kini.
Sejak kapan Anda menekuni dunia coaching?
Sejak 2014.
Apa motivasi Anda menekuni coaching?
Di mana saya ingin memfasilitasi dan membantu orang lain dengan tanpa saya harus menguasai bidang yang ditekuni coachee atau klien cukup dengan 11 kompetensi coaching. Tiga diantaranya active listening, powerfull question & coaching presence. Dengan kompetensi yang saya miliki di atas, maka saya yakin bisa memfasilitasi siapa saja dan dalam bidang apa saja.
Kalau boleh tahu, siapa role model Anda di dunia coaching?
Untuk guru saya, mentor dan coach saya dari Coaching Indonesia, Al Falaq Arsendatama, Laurencia Lina, Mutia dan Naindra.
Apakah untuk menjadi seorang Coach perlu mendapatkan sertifikasi atau pengakuan dari lembaga tertentu?
Ya, akan lebih baik jika sertifikasi dengan mendapat 11 kompetensi dari ICF. Selain itu pernah dicoaching oleh Coach profesional dan lebih banyak praktek meng-coaching.
Apa suka duka Anda sebagai seorang coach profesional sejauh ini?
Banyak sukanya karena lebih banyak bertemu dengan orang, memfasilitasi orang lain dan belajar banyak dari klien atau coachee.
Apa pengalaman paling mengesankan bagi Anda selama menjadi Coach?
Pertama, meng-coaching ibu-ibu yang ingin menaikkan berat badannya. Kedua, meng-coaching ibu-ibu yang ingin mempunyai anak kedua setelah kelahiran anak pertama 10 tahun yang lalu. Hal itu yang sangat mengesankan bagi saya karena merupakan satu tantangan untuk menemukan kejelasan dan menyadari situasi mental yang dihadapinya.
Menurut Anda, coach yang baik itu seperti apa?
Coach yang baik adalah Coach yang mempunyai 11 kompetensi dengan kondisi netral, tidak terpancing dalam drama coachee atau klien, tidak memberikan saran, pendapat, masukan, kritik kepada coachee atau klien. Coach yang baik adalah coach yang mampu mengajak coachee menemukan kejelasan dan menyadari situasi mental yang dihadapinya.
Apa arti kesuksesan bagi Anda sebagai seorang coach?
Coach yang mampu mengajak coachee menemukan kejelasan dan menyadari situasi mental yang dihadapinya. Bila kejelasan dan kesadaran ditemukan coachee, maka coachee akan sangat mudah menemukan jalan keluar dari situasi yang dihadapi dan akan sangat berkomitmen dengan apa yang akan dilakukan.
Apa arti kebahagiaan bagi Anda sebagai seorang coach?
Coach yang mampu mengajak coachee menemukan kejelasan dan menyadari situasi mental yang dihadapinya. Bila kejelasan dan kesadaran ditemukan coachee, maka coachee akan sangat mudah menemukan jalan keluar dari situasi yang dihadapi dan akan sangat berkomitmen dengan apa yang akan dilakukan.
Ngomong-ngomong, apakah Anda memiliki pengalaman di bidang lain sebelum mantap di dunia coaching?
Selain coach, saya juga seorang learning consultant dan corporate trainer.
Di luar sana kan banyak Coach untuk bisnis, olahraga. kehidupan, pendidikan, rumah tangga, hingga percintaan. Nah, kalau Anda sendiri termasuk kategori mana?
Yang ditanyakan di atas termasuk life coaching, saya life, business & corporate coach.
Apa kesibukan Anda di luar coaching?
Sebagai learning consultant dan corporate trainer di corporate university salah satu perbankan BUMN.
Apa kegemaran atau hobi Anda di waktu luang?
Saat ini menulis artikel dan buku.
Sebenarnya apa sih panggilan hidup Anda?
Membantu dan bermanfaat untuk orang lain dengan coaching.
Bagaimana Anda memandang passion? Apakah passion Anda memang di dunia coaching?
Passion adalah sesuatu yang selalu dikerjakan walaupun dalam keadaan sulit.
Ngomong-ngomong, apa sih cita-cita Anda di waktu kecil?
Ingin menjadi psikolog dengan kuliah di jurusan psikologi, karena ingin banyak membantu orang lain.
Banyak orang di luar sana yang memiliki “titik balik” sebelum fokus di suatu bidang. Apakah Anda pernah mengalami titik balik sebelum terjun ke dunia coaching?
Justru karena belajar coaching saya akhirnya mengalami titik balik untuk membantu orang lain walaupun tidak jadi kuliah di jurusan psikologi.
Saat ini di Indonesia ada banyak lembaga yang mengeluarkan sertifikasi coach kendati pendekatannya berbeda-beda. Namun, sepertinya pemerintah belum punya standarisasi yang mengikat ya untuk hal itu. Bagaimana tanggapan Anda?
Nah ini pertanyaan bagus. Sebenarnya pendekatan sertifikasi coaching sama dengan menggunakan kurikulum ICF dengan 11 kompetensi. Hanya kemasannya saja yang berbeda. Untuk standarisasi SKNNI atau BNSP akan membuat standarisasi tentang sertifikasi coaching dengan bekerja sama dengan salah satu lembaga coaching di Indonesia.
Apa mimpi atau asa Anda yang masih diperjuangkan dalam bidang coaching?
Bila ada Indonesia Mengajar, saya bermimpi untuk Meng-coaching-kan Indonesia dan Meng-Indonesia-kan coaching. Artinya menjadikan coaching sebagai budaya Indonesia di mana semua orang merasa terberdayakan dan tergali potensi dirinya dengan coaching. Harapannya pemerintah mempunyai task force khusus yang mewadahi para coach tersertifikasi. Untuk semua instansi pemerintah, organisasi, perusahaan, pendidikan menggunakan coaching sebagai salah satu metodenya.
Banyak anak-anak muda di luar sana yang juga bercita-cita sebagai Coach. Nah, menurut Anda apa sih karakter yang harus dimiliki oleh seorang Coach?
Karakter ya. Mungkin lebih ke sifat saja ya. Sabar, mau belajar, senang bertemu dengan orang, mau dan senang membantu orang dengan coaching.
Apa pesan-pesan Anda bagi generasi muda yang ingin menjadi Coach?
Fokus dan pelajari 11 kompetensinya dengan mengikuti sertifikasi. Setelah itu lakukan 3P dalam coaching yaitu praktek, praktek dan praktek.
Categories: Sosok