-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Pasti Ada Jalan
“murah senyum”, bisa dipastikan itulah kata-kata yang akan teman-teman sematkan untuk Hadi Sadikin Rachmat. Lajang kelahiran Sukabumi Jawa Barat, 20 April 1991 silam tersebut baru saja menamatkan jenjang sarjananya di Universitas Paramadina Jakarta melalui jalur beasiswa spesial – Paramadina Fellowship. Dia lulus dengan Pujian karena segudang prestasi akademik dan non-akademiknya. Simak wawancara Kampusgw dengan alumni teladan SMA Plus Muthahhari Bandung tersebut. Bisa diceritakan sekilas tentang diri Anda?
Saya Hadi Sadikin Rachmat. Lahir di Sukabumi, 20 April 1991. Saya merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Orang tua saya merupakan wiraswasta yang sedikit banyak telah mewarnai dan membentuk saya seperti sekarang ini.
Bisa Anda ceritakan kembali kenangan di sekolah?
Ya, sebagaimana anak-anak kecil pada umumnya di Taman Kanak-Kanak saya masih menjadi Hadi yang cengeng, gemar menangis. Saya begitu menikmati masa itu dengan bermain dan belajar yang menyenangkan. Memasuki masa SD, belum ada prestasi yang membanggakan dari saya. Namun sejak duduk bangku SMP, saya mulai menemukan “dunia” saya. Pada masa itu saya aktif berkecimpung di kegiatan ekstrakurikuler seperti menyanyi dan majalah dinding (jurnalistik). Tak tanggung-tanggung, kiprah saya di kegiatan tersebut mendapatkan pengakuan dari banyak pihak karena dibuktikan dengan prestasi.
Apa pengalaman yang dapat Anda bagi dari masa SMA?
Saya kebetulan belajar di lembaga pendidikan Islam modern bernama SMA Plus Muthahhari Bandung. Di sinilah saya menemukan banyak pengalaman yang tak ternilai harganya. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan “ilmu duniawi” seperti teknologi informasi, bahasa dan pengetahuan umum; akan tetapi juga membekali siswa dengan pendalaman agama. Dua tahun pertama Hadi habiskan pulang-pergi dari rumah ke sekolah ini sedangkan di kelas 3 Hadi memutuskan untuk tinggal di indekos. Muthahhari dihuni oleh berbagai siswa yang datang dari berbagai daerah di tanah air. Oleh karena itulah, saya belajar bertenggangrasa dan menghargai perbedaan di sini. Prestasi akademik di jenjang SMA tidaklah mengecewakan. Saya memecahkan rekor dengan menyabet peringkat pertama dari kelas 1 sampai kelas 3. Tidak hanya itu, Hadi juga aktif terlibat di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sejak di kelas 1 dengan menduduki posisi di divisi pendidikan. Memasuki kelas 2, Hadi dipercaya menjadi Ketua OSIS 1. Hadi yang mengambil jurusan Ilmu Pengetahun Sosial sangat bersyukur mendapatkan amanah ini karena banyak pelajaran kepemimpinan dan hikmah kehidupan lain yang tidak mungkin didapatkan di bangku kelas. Salah satu yang paling mengesankan di masa ini adalah ketika menggarap proyek sebesar Buku Tahunan yang tidak lain dipersembahkan untuk kenang-kenangan para calon alumni (kakak kelas). Tidak kalah berharganya, Hadi juga menikmati “proses” melatih kepemimpinan dan kemampuan untuk berorganisasi dengan menjadi ketua komunitas radio dan sekretaris di kepramukaan.
Sebenarnya apa cita-cita Hadi?
Sebenarnya cita-cita saya begitu dinamis seiring pertambahan usia dan pengalaman. Ketika masih duduk di bangku SD saya ingin sekali menjadi seorang diplomat karena terpengaruh serial kartun dari Jepang Doraemon. Memasuki SMA, cita-cita saya bergeser – menjadi wirausahawan yang mampu memperkerjakan banyak orang. Di SMA Muthahhari ini saya mulai tersadar bahwa bidang ilmu sosial yang saya pilih tidaklah salah.
Sudikah Anda ceritakan perjuangan memilih perguruan tinggi?
Ya, tentu. Sebagaimana anak-anak muda pada umumnya, saya mencoba mendaftar kuliah di berbagai perguruan tinggi di tanah air dengan harapan jika tidak diterima di satu tempat masih ada harapan di tempat lain. Perguruan tinggi yang pernah saya daftar yaitu Univesitas Padjajaran, Sekolah Tinggi Manajemen Bandung, Universitas Maranatha dan Universitas Paramadina. Karena ketika itu kondisi keuangan keluarga tengah memburuk, saya hampir memutuskan untuk memilih Sekolah Tinggi Manajemen Bandung karena biaya yang masih terjangkau. Di saat yang bersamaan, saya tetap berdoa menunggu pengumuman program beasiswa di Universitas Paramadina Jakarta. Puji Tuhan, di pertengahan tahun 2008 saya dinyatakan lolos sebagai salah satu penerima beasiswa bergengsi tersebut dengan pilihan program studi Manajemen.
Bagaimana pengalaman Anda menjalani masa belajar di Universitas Paramadina?
Saya begitu menikmati masa kuliah di Universitas Paramadina Jakarta. Hari-hari saya habiskan dengan segudang aktivitas yang menyenangkan di organisasi-organisasi internal dan eksternal kampus. Di antaranya pernah menjadi ketua komunitas debat, anggota klub tari tradisional dan seterusnya. Hadi juga dipercaya menjadi salah satu Duta Paramadina angkatan pertama. Di antara sekian banyak aktivitas yang pernah saya lalui, menjadi bagian keluarga T-TA Paramadina adalah yang paling mengesankan dan “mengubah hidup.” Selain tampil membawakan berbagai tari tradisional di depan publik tanah air, kami T-TA Paramadina juga pernah mengikuti festival di Polandia, Perancis dan Uni Emirat Arab. Keikutsertaan kami di Polandia bahkan mendapatkan penghargaan “The Best Performance” dari Uni Eropa. Pengalaman menari benar-benar menjadi berkah tersendiri bagi Hadi. Karena tarilah saya bisa jalan-jalan ke luar negeri mempromosikan keindahan seni Indonesia dan bertemu dengan masyarakat global. Ketika mengikuti festival tari di Perancis misalnya, aku pernah dimita mengajarkan tari tradisional Papua kepada orang-orang yang tidak mampu berbahasa Inggris. Karena aku begitu semangat berbagi, aku berhasil mengajarkannya kepada mereka walaupun ada kendala bahasa. Aku pun puas dan terharu.
Apa rencana Hadi di masa yang akan datang? Pengalaman keliling beberapa negara rupanya sedikit banyak mewarnai perubahan hidup. Hobi jalan-jalan (travelling) pun semakin melekat dalam diri saya. Oleh karena itu, suatu saat akan menjadi ‘travel writer’ lalu mendirikan perusahaan yang bergerak di industri jasa perjalanan. “Panggilan hati” dalam bidang ini juga sudah saya salurkan di media Facebook. Ke depan sepertinya saya akan membuat kanal khusus di Youtube untuk memperkuat ketertarikan masyarakat terhadap traveling. Pada akhirnya saya ingin mengajak banyak orang untuk melakukan hal yang sama, yaitu berjalan-jalan (dan menari). Kenapa seperti itu? Karena traveling itu sarat makna dan seyogyanya telah menjadi kebutuhan setiap orang. Dalam setiap perjalanan ada banyak kebijaksanaan dan pembelajaran hidup yang dapat dipetik. Dalam satu sampai tiga tahun ke depan saya ingin sekali bekerja di perusahaan multinasional untuk mencari pengalaman, batu loncatan sebelum mendirikan perusahan sendiri.
Apa suka duka tinggal di rumah kontrakan (indekos)?
Selama belajar di Universitas Paramadina saya memang tinggal di rumah indekos. Walaupun jauh dari orang tua, saya menikmati masa-masa itu – termasuk terjaganya kebebasan pribadi. Dukanya adalah sulit mencari makanan sehat dan menjaga waktu tidur.
Apa prinsip hidup Hadi?
- Harus kembali kepada nurani. Kalau melakukan sesuatu harus bertanya kepada diri sendiri, menghadapi berbagai pilihan dengan menggunakan hati nurani.
- Percaya kepada diri sendiri . Karena tidak semua orang mendukung kamu. Biar kerja keras kamu lah yang berbicara.
- Gabunglah dengan orang-orang yang baik dan mendukung kamu
Siapakah panutan hidup Anda?
Panutan saya tentunya adalah Nabi Muhammad SAW selaku seorang Muslim dan orang tua. Di dunia tari menari aku mengidolakan Nini Towok sedangkan di ranah pendidikan BJ.Habibie adalah panutanku.
Apa pesan-pesan Anda untuk teman-teman yang ingin atau masih kuliah?
- Seimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik
- Terimalah hal-hal baru – pengalaman, teman, lingkungan, ilmu dan pengalaman
- Jika kamu ingin apapun, kejarlah sampai dapat
Sebagai salah satu penerima beasiswa, apa tips-tips beasiswa yang dapat Anda bagikan untuk teman-teman Kampusgw?
- Jadilah dirimu sendiri
- Ketika menulis esai, tunjukkan keunikan/diferensiasi kamu dengan tetap mengedepankan kejujuran, hal-hal positif dan karakter pribadi.
- Jika diminta untuk melengkapi surat rekomendasi, pilihlah sosok yang benar-benar mengenal dirimu.
- Ketika menghadapi tahap wawancara, jangan hanya menunjukkan bahwa Anda pintar. Lebih dari itu, Anda harus tunjukkan kepribadian dan tampil mengesankan juri/penyeleksi. Tunjukkan bahwa Anda bisa bekerjasama dalam kelompok sekaligus dapat diandalkan sebagai individu.
“Jika kau punya impian. Dan kamu punya hasrat tinggi untuk itu, Tuhan pasti memberikan jalan.”
Categories: Sosok