-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Secercah Mimpi dari Anak Penjual Telur Asin
Beberapa dekade silam banyak stigma kurang “mengenakkan” bagi para wanita berhijab di tanah air. Stigma seperti tidak gaul, kuno, terbelakang dan tidak modis seringkali menjadi tantangan tersendiri. Namun, lima tahun terakhir stigma tersebut perlahan-lahan mulai berkurang, jika tidak dapat dikatakan hilang. Seiring dengan pesatnya industri fesyen dan meledaknya kelas menengah muslim di tanah air, citra wanita berhijab makin membaik. Kini, kita tidak sulit menemukan wanita berhijab yang cerdas, berpendidikan, fashionable dan berprestasi di bidang masing-masing. Ayu Wulansari ialah salah satunya.
Ayu memutuskan untuk berhijab sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak hingga saat ini. Gadis berusia 23 tahun yang pernah bermimpi menjadi seorang Puteri Indonesia dan None Jakarta ini harus mengalami perjalanan yang cukup menguras air mata untuk mewujudkan mimpinya. Kedewasaan yang mulai ia tunjukkan saat beranjak ke tingkat SMA, membuat gadis ini harus memutuskan untuk merantau mengenyam pendidikan di SMAN 1 Bojonegoro. Disinilah awal perjuangannya untuk sedikit-demi sedikit mengumpulkan prestasi yang ia yakini akan memberikan pengalaman yang luar biasa dalam hidupnya. Apalagi saat menjadi seorang Puteri Indonesia dan None Jakarta yang smart dan bertalenta.
PASKIBRAKA Kabupaten Bojonegoro tahun 2007 menjadi awal prestasi non-akademiknya walaupun harus dibayar dengan rasa berat hati untuk menanggalkan hijab sebagaimana aturan dari pemerintah pusat. Perjuangan Ayu dilanjutkan waktu mengikuti pemilihan Duta Wisata Kange Yune Bojonegoro 2008 dengan modal nekat. Dikatakan nekat karena tanpa diiringi dengan kepercayaan dan materi dari orang tua lantaran stigma bahwa gadis berhijab tidak mungkin berhasil memenangkan kontes peagant.
Rupaya takdir berkata lain. Walaupun orang tua Ayu tidak dapat hadir dalam kontes bergengsi tersebut, Ayu berhasil menyabet gelar Juara I, Persahabatan dan Juara Umum Yune Kabupaten Bojonegoro tahun 2008. Dari sinilah ia semakin menguatkan tekadnya untuk semakin mendekati mimpinya tadi. Ia dimandatkan untuk mewakili Bojonegoro di tingkat Provinsi dalam Pemilihan Duta Wisata Raka Raki Jawa Timur tahun 2009. Keberangkatannya membawa kontroversi pejabat dan pengurus setempat karena kegigihannya tetap mengenakan hijab. Setelah berakhirnya Grand Final Raka Raki tersebut, gadis ini akhirnya mendapatkan beasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dari HILO Green Ambassador sampai None Jakarta Selatan
Kehidupan baru di Bogor yang tiada keluarga dan saudara, membuat gadis ini harus semakin kuat dengan kehidupan rantau dan semakin mendekatkan mimpinya tadi. Kesana kemari ia berjuang hanya ingin mencari tahu bagaimana ia bisa sukses walaupun berhijab. Keinginan untuk mengikuti sekolah kepribadian, modelling, dan tari pun semua terhambat karena keterbatasan biaya. Hanya ilmu dari televisi, majalah, dan video yang ia dapat untuk bisa belajar dari cerita setiap para pemenang Puteri Indonesia dan sejenisnya seperti cara menjawab, cara berdiri, cara berjalan bak seorang Puteri.
Satu tahun berlalu hidup di Bogor tanpa keberhasilan yang ia dapat, akhirnya terbukalah suatu jalan yang datang tidak diduga-duga. Hal itu bermula ketika seorang dosen menyarankannya untuk mengikuti Duta Lingkungan HILO Green Ambassador 2011 yang kemudian mengantarkannya menjadi Top 5 Tingkat Nasional pada ajang tersebut. Kesempatan menjadi pembicara Go Green, Juri, bahkan menjadi seorang model berhijab akhirnya bisa dirasakan setelah perjuangannya dari kecil. Namun, tidak sampai di situ, godaan semakin berat manakala ia menguji dirinya lagi mengikuti ajang berhijab yang saat itu baru berdengung, tetapi hanya berhasil sampai Top 40. Rasa percaya diri semakin menurun, dihadapkan dengan wanita berhijab yang sangat cantik, fashionable, photogenic, sedangkan gadis ini menyadari apa yang ada dalam dirinya sehingga menjadikannya minder.
Berkat saran dosen IPB yang sangat mendukung setiap mahasiswanya untuk berkarya, akhirnya ia mengikuti BOTANI Ambassador 2012 dan berhasil mendapatkan Juara 1 dengan Hijabnya. Saat itu Ayahnya menyempatkan datang untuk memberi dukungan dan hampir tidak percaya bahwa putrinya berhasil memenangkan ajang bergengsi walaupun tetap memakai hijabnya. Prestasi berikutnya pun datang bertubi-tubi. Tak lama kemudian dia berhasil menjadi Top 10 Puteri Wirausaha Kreatif Indonesia 2012, dan sedikit mewujudkan mimpinya menjadi salah satu jawara None Jakarta Selatan 2013.
Berjiwa Wirausaha
Kehidupan luar biasa yang ia jalani dengan hijabnya, membuat gadis ini harus bertahan di perantauan dengan materi yang sangat terbatas dari orang tuanya. Saat kuliah ia sempat menjual es batu di bulan Ramadhan, nasi bungkus untuk buka puasa dan sahur, donat keliling di pagi hari, softlense, tas, hingga baju. Ia juga sempat mendirikan usaha Hijab Outlet di Bogor, walaupun belum menjadi rejekinya hingga akhirnya harus ditutup.
Berkat kecintaannya pada Batik, ia pernah berjualan kain dan baju batik. Ayu pun membuat Program Kreativitas Mahasiswa bidang pengabdian masyarakat dengan judul “Edukasi Batik Biodiversity” yang di ajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Melalui program tersebut, ia berhasil mendapatkan bantuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak mencintai Batik dengan motif flora dan fauna langka di Indonesia dilengkapi dengan tayangan film pendek mengenai keanekaragaman hayati Indonesia yang hampir punah. Gadis ini akhirnya membuat jasa pelatihan membatik, dan membuat paket praktis membatik dengan alat dan bahan lengkap serta bungkus tas dari koran bekas yang ia buat sendiri.
Keterbatasan modal, dan kerugian usaha yang pernah ia alami membawanya berpikir untuk memiliki usaha lain di bidang jasa. Ayu mencoba untuk menjadi perias wisuda dan merambah ke perias pengantin. Kesempatan emas didapatkan dari kak Aditya Gumay untuk mengajar Modelling di Sanggar Ananda dan Lenong Bocah. Sebuah kesempatan yang luar biasa saat bisa belajar acting, presenting bersama Kak Adit dan berhasil membawanya lolos casting. Sayangnya, kesempatan tersebut berjalan jika Ayu melepas jilbab. Karena tidak ingin “menggadaikan” prinsip, Ayu lantang menolaknya. Kesempatan menjadi MC penyambutan Miss Universe “Olivia Culpo” dan Puteri Indonesia “Whulandary Herman” di Botani Square, Co-Host OASE Ramadhan Metro TV, FTV Indosiar, menjadi motivator hijab di Jember, Madura, Babat, Lamongan, dan Jakarta menjadi pengalaman hidupnya.
Menginspirasi Wanita Berhijab di Indonesia
Tepat setelah wisuda, Ayu harus langsung bekerja di salah satu perusahaan otomotif internasional terkemuka di Indonesia. Empat bulan bekerja, Ia sampaikan bahwa pekerjaan tersebut bukan passionnya kepada orang tuanya. Rupanya sejak duduk di bangku SMP, ia pernah berimpi untuk memiliki sekolah kepribadian dan pengembangan bakat untuk adik-adik yang berhijab agar mereka memilik wadah yang tepat untuk menggapai impian dan cita-cita. Ayu bermimpi agar mereka dapat berhasil walaupun keterbasan biaya, keterbatasan wadah dan lain-lainnya menjadi tantangan. Ayu ingin berkunjung ke daerah-daerah mencari sosok anak berhijab maupun belum berhijab untuk pelan-pelan membiasakan diri dengan berhijab, merangkul mereka dan memberi motivasi, pelatihan, dan bantuan agar mereka mampu mewujudkan mimpinya dan sebisa mungkin membantu menyalurkan bakatnya.
Keputusan mendirikan Yayasan inilah yang menjadi passion sebenarnya bagi Ayu Wulansari, SE. Gadis kelahiran Jakarta, 26 Mei 1991 ini percaya bahwa mendirikan Yayasan merupakan wadah yang tepat untuk mewujudkan semua mimpinya, termasuk mendirikan sekolah kepribadian. Putri dari pasangan Agus Suwondo dan Eko Sri Rahayu ini mengatasnamakan Ibu sebagai pendiri, ayahanda sebagai pembina dan dirinya sendiri sebagai Ketua yang bertanggungjawab mengelola keberlangsungan Yayasan.
Maraknya dunia hijabers saat ini membuat dirinya ingin mengajak seluruh hijabers yang ada di Indonesia untuk bersama-sama berpartisipasi di yayasan yang ia dirikan. Kalangan artis, designer, model, media, pengusaha, pemerintah, swasta, komunitas, maupun perorangan ia rangkul untuk mewujudkan mimpinya. Berbagi pengalaman hidup dan kesuksesan, berbagi sedikit rezeki, terlibat dalam kegiatan sosial, budaya, lingkungan dan keagamaan untuk anak-anak.
Niatnya hanya satu, hidupnya bermanfaat untuk orang lain. Apalagi dengan ujian yang dihadapkan padanya saat ini semakin membuat dirinya untuk lebih, lebih, dan lebih melakukan hal positif yang bisa membahagiakan orang sekitarnya, orang tua, keluarga, sanak saudara, dan orang lain.
Categories: Sosok