-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Sepenggal Kisah Mahasiswi Kaili
Salam kenal pembaca. Perkenalkan nama saya adalah Annisa Ristiana. Saya berasal dari wilayah Indonesia Bagian Tengah, tepatnya saya berasal dari Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah. Sejak lahir saya tak pernah beranjak dari kota tiga dimensi ini, di mana pegunungan, lembah dan laut menyatu dengan asrinya. Saya menamatkan sekolah dasar saya di SD Inpres 14 Pantoloan pada tahun 2001, sekolah menengah pertama di SMPN 17 Palu pada tahun 2004 dan sekolah menengah atas di SMAN 7 Palu pada tahun 2007. Alhamdulillah, selama bersekolah saya mendapatkan beasiswa berprestasi dari daerah sekalipun tidak penuh.
*** Bagian 1 ***
Setelah menamatkan SMA, saya langsung mendaftarkan diri ke universitas negeri terkemuka di Propinsi Sulawesi Tengah yakni Universitas Tadulako. Alhamdulillah, saya berhasil masuk ke universitas itu melalui jalur undangan atau jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) dan lolos di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan Matematika. Awal kuliah saya mendapat beasiswa Bantuan Orang Tua (BOT) alias dibiaya oleh orang tua. Namun menginjak semester 3 Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) hingga semester 6. Terus terang saya sangat bersyukur ketika melihat nama saya tercantum sebagai salah satu penerima beasiswa PPA karena ada banyak mahasiswa yang mengajukan diri. Untuk mendapatkan beasiswa ini hanya diadakan seleksi berkas, yang berisi data diri dan keterangan keaktifan dalam organisasi intra kampus maupun ekstra kampus serta mempunyai IPK di atas rata-rata (IPK > 3,00). Ke-eksis-an di kelas dan organisasi mendukung daya dobrak saya dalam meraih beasiswa itu. Ketika di kampus saya aktif sebagai pengurus mahasiswa jurusan dan pengurus lembaga dakwah kampus.
Untuk mendapatkan uang saku saya mengandalkan uang hadiah dari lomba-lomba menulis yang saya ikuti baik itu berskala lokal maupun nasional. Bidang kepenulisan yang saya ikuti ialah fiksi dan non-fiksi. Saya berpikir menulis itu sangatlah mudah dan cukup duduk saja, berkarya atau berkreasi lalu kirim. Sesederhana itulah pemikiranku tentang menulis. Saya sangat proaktif dalam info lomba kepenulisan. Saya mencarinya lewat internet, membaca setiap majalah dinding yang saya lewati dan pada akhirnya bergabung di Forum Lingkar Pena Sulawesi Tengah. Saya pun berjualan untuk menambah penghasilan, mulai dari jualan jilbab, kaos kaki, pin, bros, kue browndie, hingga jasa pengajar. Sasaran jualan saya adalah orang-orang yang ada di organisasi yang saya ikuti. Sungguh kehidupan pada waktu begitu menyenangkan dan saya begitu menikmatinya.
Orang tua saya sangat keberatan ketika saya memutuskan untuk tidak bergantung pada mereka khususnya untuk biaya kuliah plus biaya hidup, karena saya telah difasilitasi sebuah sepeda motor dan laptop. Namun saya tidak ingin jadi anak yang tidak mendapat ridho dari mereka sehingga uang jajan dan kuliah yang mereka beri saya tabung. “Insya Allah uang itu bermanfaat di kemudian hari.” Kataku dalam hati.
Menginjak semester 8 saya magang di Badan Pusat Statsitik (BPS) Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini diwajibkan oleh pihak fakultas karena masuk sebagai mata kuliah. Selama 2 bulan saya dan teman-teman menjalaninya. Alhamdulillah di Badan Pusat Statsitik (BPS) Propinsi Sulawesi Tengah kami diberi honor. Selesai magang saya dipanggil kembali untuk menjadi mitra yang tugasnya adalah melakukan survei. Walaupun dihadapkan dengan tugas akhir saya tetap nekad untuk mengambil pekerjaan itu. Kenekatan itu didorong karena honornya cukup menggiurkan. Alhasil saya menunda tugas akhir dengan alasan “menjemput modal S2.” Orang tua saya cukup kaget dengan keputusan ini karena resiko yang akan saya hadapi adalah keterlambatan kelulusan. Namun dengan memberikan alasan yang logis kepada mereka, akhirnya saya mendapatkan izin dengan catatan tahun 2012 foto wisuda sudah terpajang di rumah.
Pada akhirnya tebukti, tahun 2012 foto wisuda sudah terpajang di rumah. Alhamdulillah, saya wisuda pada 20 Desember 2012. Sedikit menengok ke belakang, ketika menyelesaikan tugas akhir saya dihadapkan dengan beberapa benturan yang agak berat. Namun saya sangat yakin bahwa Allah telah menetapkan yang terbaik.
Pada saat itu, ibu dan adik perempuan saya sakit keras, saya hanya bisa merawat mereka sekedarnya (tidak fokus). Ketika mereka di rawat di rumah sakit, saya tidak diizinkan untuk menginap di rumah sakit selama 2 malam, hanya boleh datang dan menginap semalam saja. Sungguh sedih hati ini. Saya sangat ingat pesan mereka ketika itu untuk fokus menyelesaikan tugas akhir dan menghadiahkan undangan wisuda sebagai obat. Sungguh mujarab! Selesai yudisium dua orang yang saya cintai berangsur-angsur sembuh. Alhamdulillah perayaan wisuda di kampus dihadiri oleh papa, mama, nenek, adik perempuanku dan adik laki-lakiku.
*** Bagian 2 ***
November 2013 saya resmi menyandang gelar Sarjana Sains (S.Si) di belakang namaku. Selanjutnya akan bertengger gelar Magister Sains (M.Si) 2015, insya Allah. Untuk itulah saya mendaftarkan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Kenapa saya memilih IPB? Alasannya sederhana karena untuk masuk ke IPB sangatlah mudah cukup dengan mendaftar dan melengkapi berkas (hanya seleksi berkas) serta jurusan Statistika terbaik di Indonesia ada di IPB. Menjelang akhir studi S1, saya memutuskan untuk mengambil konsentrasi bidang Statistika dan saya pun ingin menimba ilmu Statistika dari kampus terbaik dan pengajar-pengajar terbaik di bidang Statistika.
Untuk memuluskan langkahku, saya pun berniat untuk mencari besiswa penuh yang menyediakan lapangan kerja setelah kuliah. Setelah cukup lama mencari dan bertanya kepada dosen dan senior, akhirnya saya dan beberapa teman saya mendaftarkan diri di Program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Beasiswa di atas sangat menguntungkan karena biaya yang ditanggung via pesawat pergi-pulang (transportasi), biaya hidup, domisili, penelitian, dan buku-buku. Penerima beasiswa wajib mendapatkan IPK wajib > 3,00 di kampus asalnya dan setelah lulus pun penerima beasiswa akan ditempatkan sebagai dosen tetap di universitas yang kita pilih (diberi kesempatan untuk memilih 2 universitas dari 35 universitas yang ditawarkan) dan digaji oleh DIKTI selama 6 bulan.
Setiap tahunnya DIKTI memberikan kurang lebih 4500 kursi beasiswa untuk para akademisi. DIKTI pun tidak ribet dalam menetapkan syarat, yakni bukti telah diterimanya kita sebagai mahasiswa pascasarjana di universitas yang telah tercantum namanya di panduan DIKTI dan beberapa dokumen lainnya. Tahun 2013 DIKTI tidak mengadakan tes tertulis apapun, cukup dengan seleksi berkas.
Kegalauan saya rasakan hampir 3 bulan lamanya, karena saya harus menunggu pengumuman telah diterimanya saya sebagai mahasiswa pascasarjana di IPB. Kemudian mengurus berkas untuk beasiswa BPPDN DIKTI dan menunggu pengumumannya. Sungguh doa orang tua dan kerabat cukup menguatkanku di kala itu, apalagi pada bulan maret 2013 adik perempuanku berpulang ke Rahmatullah untuk selama-lamanya. Untuk menjauhkan dari kesedihan saya memfokuskan diri untuk sekolah dan hampir setiap hari saya update info di internet, mencari kenalan via Facebook yang tujuan kuliahnya ke IPB dan mendaftar sebagai penerima beasiswa BPPDN.
Pada akhirnya, doa-doa mereka dan penantian dalam kesabaran itu berbuah manis. Sangat manis. Saya dinyatakan lulus oleh IPB dan DIKTI serta berstatus sebagai mahasiswa pascasarjana IPB FMIPA Departeman Statistika Prodi Statistika Terapan dan penerima BPPDN 2013.
Saat ini adalah momen-momen saya untuk meraih dan menggenggam ilmu guna meraih gelar M.Si karena Allah semata. Saya pun ingin membanggakan almarhum papa Aris Am Kono (ayah saya meninggal ketika saya sedang studi di IPB, tepatnya selasa 8 oktober 2013), mama Masdiana Ag, nenek Hj. Hania, kakak Moh. Aprizkan, Sh., almarhumah adik Adhinda Faradillah dan adik Muh. Alifh Kono. Mohon doa dari para pembaca, semoga almarhum papa dan almarhumah adik perempuan saya diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya serta diberi nikmat kubur.
Momen ini saya akan memanfaatkan untuk memperbanyak softskill misalnya kepandaian berbahasa inggris, kemampuan menulis jurnal nasional dan internasional, kemampuan mentransfer pengetahuan, membentuk karakter dan lain sebagainya. Agar ilmu akademik yang kuteguk terlengkapi dengan softskill mumpuni. Menurut saya pribadi IPB itu bagai “Institut Pesantren Bogor.” Di sini saya akan menempa diri untuk menjadi berlian dan penyejuk hati. Menghiasi akal dan akhlak. Semangat.
Dengan segala kekurangan saya memohon maaf jika ada kesalahan sepatah kata dari saya, semoga sepenggal cerita ini dapat diambil manfaatnya. Jika ingin bertanya lebih lanjut atau sekedar ingin berdiskusi bisa menghubungi saya via email (anriko.23@gmail.com), Facebook (annisa kono ‘penyejuk hati’), blog (deianrikoph.blogspot.com) dan twitter (Annisa Ristiana atau @Annisakono1)
Categories: Sosok
Posted: Sep 12, 2014 22:46
Marwan