-
Konsultasi jurusan kuliah?
-
Mempersiapkan beasiswa?
-
Ingin sukses berkarir?
-
Atau mengembangkan diri?
Menjadi Mahasiswa Super
Status mahasiswa sudah sewajarnya membuat para mahasiswa/i untuk berpikir dan bertindak dalam kadar lebih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imbuhan “maha” memiliki arti besar. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa artinya siswa besar. Tentunya cara berpikir dan cbertindak siswa besar tidaklah sama dengan siswa SD-SMP-SMA pada umumnya. Menjadi besar mengindikasikan adanya pertumbuhan dari jenjang yang lalu ke jenjang yang sekarang. Sebenarnya pertumbuhan apa saja yang harus diperhatikan oleh mahasiswa? Ada tiga pertumbuhan mendasar yang penting untuk dipahami oleh setiap mahasiswa dan setiap siswa yang ingin menjadi mahasiswa. Pertumbuhan tersebut yaitu: pertumbuhan spiritualitas, jasmani, dan intelektualitas.
Pertumbuhan mendasar pertama adalah dalam segi spiritualitas. Sebagai seorang warga negara Indonesia yang sudah menginjak masa pra-dewasa, penting sekali bagi para mahasiswa untuk mendalami ilmu agamanya masing-masing. Sila pertama dalam Pancasila yang menjadi dasar NKRI adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh sebab itu, manusia yang sudah mulai bertanggungjawab atas dirinya masing-masing perlu menyadari esensi dari sila pertama ini. Sejauh manakah keimanan yang dimiliki oleh mahasiswa? Apakah sebagai mahasiswa ia sudah mengerti mengenai konsep Ketuhanan Yang Maha Esa atau belum?
Dalam hal ini ilmu agama, ilmu filsafat serta Kitab Suci dapat menjadi pijakan yang baik bagi mahasiswa untuk bersikap religius. Tidak cukup sampai di sini saja, memahami perbedaan yang ada pada agama-agama lain selain yang kita anut juga dapat semakin mengentalkan rasa ke-Bhinneka Tunggal Ika-an negara kita. Sebagai siswa besar, kita akan memahami bahwa roda kehidupan bernegara kita bergerak dengan setiap perbedaan yang ada. Perbedaan seyogyanya dapat disikapi dengan baik dan bukan dengan tindakan anarkis seperti tindakan saling memaki ataupun saling membunuh.
Pertumbuhan dalam segi spiritualitas menyangkut pertumbuhan dalam konteks horizontal dan vertikal. Karena spiritualitas mengajarkan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan dan makhluk ciptaannya. Dalam konteks berhubungan dengan makhluk ciptaannya, mahasiswa dapat memilih untuk fokus kepada sesama manusia, fokus kepada lingkungan alam, atau kedua-duanya. Menjadi relawan dalam membantu para korban banjir, mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar, menanam seribu pohon di daerah tertentu, turut serta ikut diet kantong plastik merupakan bentuk-bentuk nyata dari spiritualitas yang dikembangkan untuk kesejahteraan hidup manusia dan alam sekitarnya.
Pertumbuhan mendasar yang kedua dapat ditelusuri dalam aspek jasmani. Aspek ini berbicara mengenai apa yang terjadi pada tubuh kita. Untuk menjaga tubuh tetap dalam kondisi prima setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: makanan, istirahat, dan olahraga. Berbicara mengenai makanan, maka sudah sepatutnya mahasiswa tahu makanan seperti apa saja yang baik dan tidak baik bagi kesehatan. Namun mengetahui saja tidak cukup. Penerapan pun dibutuhkan setiap harinya.
Istirahat dan olahraga pun harus dijalankan secara seimbang. Istirahat yang baik adalah sekitar 6-7 jam per hari. Sedangkan olahraga, minimal dilakukan 2x seminggu. Dengan menjaga pola hidup yang sehat dan teratur, maka tubuh jasmaniah kita pun akan sehat. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. Karenanya lebih baik bagi kita untuk menjaga gaya hidup kita sedari dini.
Pertumbuhan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah pertumbuhan dalam segi intelektualitas. Pertumbuhan dalam segi intelektualitas di sini berarti memiliki kemajuan yang signifikan dalam hal penguasaan dan pengaplikasian ilmu. Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat untuk mengukur kemajuan ilmu seseorang, yaitu: Indeks Prestasi, Pengalaman dan Prestasi Akademik.
Indeks prestasi berbicara mengenai perolehan nilai yang didapat di bangku kuliah. Indeks Prestasi ini setara dengan nilai rapor di bangku SD/SMP/SMA. Walaupun indeks prestasi bukanlah segalanya, namun kurang lebihnya indeks prestasi menggambarkan kemampuan mahasiswa dalam memahami pelajaran di kelas. Indeks prestasi juga seringkali dipakai sebagai standar untuk beasiswa tertentu atau melanjukan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Indeks Prestasi atau IP bukanlah harga mati akan bukti intelektualitas seorang mahasiswa. Pengalaman juga dapat menunjukan tingkat intelejensia seseorang. Apakah mahasiswa berpengalaman untuk turun ke masyarakat dan membantu rakyat kecil? Apakah mahasiswa berpengalaman mendirikan Pusat Belajar? Apakah mahasiswa berpengalaman dalam berwirausaha? Pengalaman-pengalaman ini merupakan nilai plus bagi mahasiswa. Semakin banyak dan dalam pengalaman seorang mahasiswa, hal tersebut menunjukkan semakin tinggi tingat intelektualitas seorang mahasiswa.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah prestasi akademik. Prestasi akademik dibutuhkan untuk menunjukkan seberapa serius dan kompeten seorang mahasiswa di bidang yang ia geluti. Contohnya adalah seorang debater yang memiliki prestasi segudang dalam lomba debat. Hal ini emnunjukkan konsistensinya dalam bidang debat. Semakin banyak prestasi yang dimilikinya, semakin besar pengakuan yang dapat ia terima.
Untuk menjadi seorang gurunya siswa, tentulah aspek spiritualitas, jasmani, dan intelektualitas mahasiswa perlu dijaga keseimbangannya. Dengan contoh langsung, seorang mahasiswa dapat aktif di kegiatan keagamaan di kampus/dekat rumahnya, sambil menjadi relawan pengetikan bagi para tuna netra, menjaga kesehatan tubuhnya, dan berprestasi sekaligus. Tentunya hal ini membutuhkan perencanaan yang matang. Karena itu, mulai dari sekarang, ayo kita rencanakan diri kita untuk menjadi mahasiswa super!*
*Artikel ini ditulis oleh Maria Magdalena Rosaline, Penulis Kampusgw.com
Categories: Tips